Tahun 2014 saya bertemu suami, pulang kampung dan menikah. Tahun 2015 saya lulus dan ikut ngajar di Sekolah tempat suami bekerja. Kebetulan suami saya guru. Kuliah saya saat itu adalah jurusan Ilmu Komunikasi, bukan keguruan, tapi saya dijinkan mengajar karena memang sekolah tersebut sangat membutuhkan tenaga pengajar. Â Untuk mendapatkan ilmu trntang keguruan, pada tahun 2017 saya daftar kuliah S1 Pendidikan Bahasa Inggris di UT kembali. Adapun pada tahun 2019 saya mencoba daftar seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Setelah melewati tahapan-tahapan seleksinya yakni dari mulai seleksi administrasi, Seleksi Berbasis Komputer (SBK), dan wawancara akhirnya pada tanggal 20 Desember 2019 saya dinyatakan lulus.
Dari serangkaian cerita ini, saya ingin menyampaikan pesan kepada teman-teman yang membaca tulisan ini, yang mungkin mempunyai keinginan untuk menempuh pendidikan, tapi terkendala ekonomi atau akses, teman-teman jangan patah semangat!. Teruslah berusaha dan berdo’a. Jangan lupa minta do’a kedua orang tua juga. Yakinlah Tuhan pasti akan bantu dan beri kita jalan. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Saya berpesan seperti ini karena saya sudah mengalami bagaimana keajaiban do’a, usaha, dan do’a orang tua telah membawa saya melampaui mimpi-mimpi saya yang dengan latar belakan ekonomi dan keluarga saya saat kecil, saya rasakan tidak mungkin untuk meraihnya.
Tetap semangat, break the barriers, go and get your dream!.