Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Tenaga Pendidik

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Inspiratif: Dari Pembantu Sekolah Menjadi Pendiri Yayasan Pendidikan

17 Maret 2024   13:34 Diperbarui: 17 Maret 2024   13:41 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Dr. H. Bambang Widhyatomo HM, MM.Pd (Sumber Gambar: kompasiana.com/Noer Ashari)

Di tengah gemuruhnya zaman yang terus berubah, kehadiran tokoh-tokoh yang memiliki dedikasi tinggi dalam memajukan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat menjadi semakin penting. Salah satu sosok yang mengemuka dalam panorama tersebut adalah Prof. Dr. H. Bambang Widhyatomo HM MMPd, yang pada tanggal 18 Maret 2024, dengan usia yang sudah menginjak 76 tahun, melaksanakan suatu acara yang tidak hanya menjadi peristiwa biasa, melainkan sebuah tonggak bersejarah dalam pengabdian dan kontribusi nyata bagi pendidikan dan kemasyarakatan.

Acara pelantikan yang dilangsungkan di AMARIS Hotel Bekasi tersebut menandai dimulainya perjalanan baru bagi Yayasan Gerbang Cendikia Indonesia. Yayasan tersebut, yang baru berdiri pada tanggal 29 Januari 2024 dengan Akta notaris yang sah, bukan sekadar lembaga pendidikan biasa. Mereka adalah wadah bagi gagasan-gagasan inovatif, ruang untuk pertumbuhan ilmu pengetahuan, dan sarana untuk mencetak generasi penerus yang berkompeten dan berakhlak mulia.

Namun, di tengah sorotan acara penting ini, muncul satu pertanyaan yang mengundang refleksi mendalam, mengapa Prof. Bambang, yang telah memimpin berbagai yayasan dan mengabdikan dirinya di dunia pendidikan selama hampir tiga dekade, memilih untuk kembali memulai dari awal dengan mendirikan yayasan baru?

Jawabannya, seperti yang diungkapkan dalam sebuah cerita bijak, mencerminkan falsafah hidup yang menginspirasi, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang senantiasa memberi manfaat bagi orang lain, tanpa kenal lelah maupun batasan usia.

Dalam tulisan ini, penulis akan mengulas lebih dalam tentang perjalanan hidup dan perjuangan Prof. Bambang Widhyatomo, serta menelusuri peran serta kontribusinya yang tak ternilai dalam dunia pendidikan dan masyarakat. Dari jejak-jejak awal sebagai pembantu sekolah hingga posisi yang kini dipegangnya, setiap langkahnya memancarkan semangat untuk terus memberikan yang terbaik bagi orang lain, sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai luhur yang dianutnya.

Pada tanggal 18 Maret 2024, Prof. Dr. H. Bambang Widhyatomo HM MMPd, yang telah genap berusia 76 tahun, melaksanakan upacara pelantikan Pengurus Yayasan Gerbang Cendikia Indonesia. Yayasan ini baru saja didirikan pada tanggal 29 Januari 2024, dengan disahkan melalui Akta Notaris nomor 8 oleh Arnasya A Pattinama, SH. Selain itu, acara pelantikan juga mencakup Yayasan Institut Manajemen Bisnis Islam Lan Taboer, yang turut didirikan bersamaan dengan Yayasan Gerbang Cendikia Indonesia, namun hanya berbeda tahunnya saja. Pelaksanaan acara ini berlangsung di AMARIS Hotel Bekasi.

Ketika beliau ditanya mengapa mendirikan Yayasan baru, meskipun telah membina hampir 30 yayasan sejak tahun 1980, Prof. Bambang memberikan sebuah cerita yang menarik. 

Suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab bertanya kepada seorang nenek tua, "Untuk apa nenek menanam sebutir biji kurma, padahal nenek sudah tua?" Nenek menjawab dengan bijaksana, "Aku telah menikmati buah kurma selama ini, meskipun tidak pernah menanamnya sendiri, dan saya juga tidak tahu siapa yang menanam kurma ini." Mendengar jawaban itu, Khalifah memberikan uang 50 real kepada nenek tersebut. Dengan semangat, nenek menjawab, "Ini adalah hasil dari benih yang baru saya tanam. Sudah panen, hehe." Mendengar hal itu, Khalifah memberi uang 50 real lagi. Nenek menjawab dengan bahagia, "Ini panen yang kedua, padahal baru saja menanam. Inilah cara kita berdagang dengan Allah." Khalifah tersenyum mendengar jawaban tersebut, sambil mengucapkan pamit, "Kalau saya terus berada di sini, uang saya akan habis, hehehe.

Cerita tersebut mengandung makna bahwa kebaikan sejati terletak pada manfaat yang diberikan kepada orang lain. Prof. Bambang, dalam memulai karirnya sejak tahun 1972 sebagai pembantu di sekolah swasta Islam, SDI Alghurabaa, menunjukkan perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan dan dedikasi. 

Sebelum mencapai posisi yang sekarang, beliau telah merasakan berbagai macam pekerjaan, dari menyapu jalan dari Cawang sampai Semanggi, menjadi kenek bangunan, menjual minyak tanah eceran, roti, dan hiasan dinding di Pasar Mayestik, bahkan pernah bekerja sebagai pekerja kuburan. Semua ini dilakukan semata-mata dengan tujuan untuk makan dari hasil jerih payahnya sendiri, sesuai dengan ajaran yang terdapat dalam hadis Nabi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun