Seluruh permasalahan yang mendera negeri ini terakumulasi menjadi tuntutan dari massa kaum intelektual muda yang identik dengan mahasiswa dengan ‘model parrhesiastik’.
Terkesan selintas, setelah sekian lama semenjak Mei 1998, kaum intelektual muda (mahasiswa) nampak akan mulai bangun dari tidurnya yang panjang.
Penentangan kaum intelektual muda yang menggunakan satu model parrhesiastik tidak serta merta melahap emosi begitu saja, mencairkan dan memancarkan energinya untuk menyuarakan kebenaran tanpa daya analisis dan kritis.
Sebagaimana terjadi gelombang aksi protes dari massa intelektual muda (mahasiswa) dua hari terakhir ini (23-24/9/2019) bertambah meluas di beberapa daerah di tanah air menandakan suata keterusterangan berbicara atau berbicara kebenaran secara gamblang (parrhesia) tanpa kepura-puraan.
Keterusterangan berbicara kebenaran yang sungguh-sungguh tanpa permainan kebenaran bertopeng tidak dapat dipisahkan dengan parrhesia sejati.
Berapapun jumlah massa intelektual muda-mahasiswa membludak yang turun ke jalan tidak mengucilkan produksi hasrat untuk mengatakan kebenaran sebagai tanda untuk menentang setiap ketidakadilan dan segala perwujudannya.
Dalam persfektif Foucaldian, pergerakan kaum intelektual muda (mahasiswa) tidak untuk melawan apalagi menghancurkan rezim kuasa negara, melainkan mereka mencoba ‘membuka kedok kuasa’ dengan segenap strateginya.
Pergerakan mahasiswa kadangkala terkondisikan oleh isu nasional. Suara kaum intelektual muda terasa hambar karena tidak “digubris” oleh penentu kebijakan selama beberapa decade terakhir.
Lalu, dari model parrhesiastik yang dihubungkan dengan kritisisme kaum intelektual muda: (i) kritisisme konvensional dengan apa yang disebut idealis dan (ii) kritisisme politik-filosofis atas ketidakadilan alias kezaliman dari rezim kuasa.
Kedua bentuk kritisisme yang dibangun dan dimainkan oleh kaum intelektual muda-mahasiswa dan kaum intelektual lainnya mengarah pada ketidakbecusan hingga kezaliman dari rezim kuasa bermain mata dengan para oligarkis, pebisnis gelap dan pencoleng berdasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kaum intelektual muda akan bersuara lantang sebagai akibat dari fungsi kebenaran akan keadilann tidak terpenuhi di tengah masyarakat.