Mereka yang berada di tingkat elit boleh saja tertawa terbahak-bahak, tetapi mereka hanya menertawakan dirinya sendiri.
Sebagian dari gelombang aksi protes kaum intelektual muda dari mahasiswa ada juga yang mencoba “membangun ingatan kembali” pada saat momentum pergerakan reformasi itu terjadi dengan menduduki suatu tempat atau pada ruang simbolik tertentu, seperti gedung representasi rakyat, di lapangan atau di persimpangan jalan. Lain rezim demokrasi, lain juga gayanya.
Berkenaan dengan kritisisme, ‘keterusterangan berbicara’ dari seseorang tidak berarti untuk meletakkan “kelinci percobaan” melalui parrhesia.
Tatkala kaum intelektual muda atau massa mahasiswa bergerak dalam model “parlemen jalanan” dengan suara lantang untuk menghakimi rezim kuasa tanpa persidangan. “Anda mengatakan sesuatu yang tidak dapat digunakan untuk melawan mereka.”
“Anda mungkin tidak menggunakan parrhesia meskipun Anda tulus, bahwa Anda tidak percaya apa yang mereka katakan itu benar dan mereka membahayakan diri mereka sendiri dengan cara bersekutu atau bersekongkol antara rezim kuasa-negara dan kaum oligarkis.”
Meskipun demikian dalam parrhesia tidak berbahaya selama kemunculannya datang dari fakta bahwa kebenaran tersebut untuk menegakkan keadilan dan tidak menyakiti atau membuat marah lawan bicaranya (2001 : 17).
Keterusterangan berbicara cukup dekat dengan kejujuran intelektual dan permainan kebenaran akan tersingkap dengan sendirinya di saat rezim kuasa mengendalikan kebenaran yang datang darinya dan menganggap kebenaran di bawah keterusterangan berbicara dari kaum intelektual muda-mahasiswa sebagai musuh yang mengancam kedudukannya.
Karena itu, tugas intelektual muda-mahasiswa menyingkap kabut realitas yang dikendalikan oleh rezim kuasa.
Jika rezim kuasa memiliki instrumen atau ritus kuasa, kaum intelektual muda juga tidak ketinggalan memiliki instrumen khas, seperti tulisan kritis, pernyataan sikap, puisi, atau musik kritik sosial.
Keterusterangan berbicara atau parrhesia sebagai bagian dari kritisisme menyebar dan meledak setelah dipadatkan dalam instrumen melalui tubuh politik atau tubuh sosial.
Kritisisme melibatkan dirinya di saat dihubungkan dengan keterusterangan berbicara dimana saja dan bahkan sekalipun tidak ada lagi rangkaian pergolakan, krisis kepercayaan atau kondisi darurat tertentu.