Untuk menghindari kelupaan, maka tinta yang bergerak di atas dokumen yang mengandung tuntutan mahasiswa mengalir dan menyebar melalui teks tertulis mendapat dukungan dari beberapa media tanah air.
Ketelitian untuk mengungkapkan tuntutan mahasiswa atas tujuh tahun pemerintahan tidak terlepas dari permasalahan yang krusial sedang dihadapi oleh negeri ini.
Satu demi satu tuntutan mahasiswa menggambarkan rangkaian kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh oleh kuasa negara dalam masa kurang dari satu dekade dianggap kepemerintahannya tidak membawa perubahan yang menghentakkan.
Bukan tanpa alasan dari barisan mahasiswa, karena sejumlah institusi survei merilis perkembangan kinerja pemerintahannya.
Hasil pengamatan dari ahli dan survei menandakan titik terang dari selera rasional dan janji politik, yang jalin menjalin dengan penyampaian aspirasi massa mahasiswa.
Keadaan puas ternyata berkembang ke arah kelompok pernyataan secara terbuka, tetapi dibayang-bayangi oleh aksi unjuk rasa BEM SI bersama dua belas tuntutan atas tujuh tahun kinerja pemerintahan Jokowi. Garis besar tuntutan mahasiswa tersebut bersifat normatif, karena ia mencerminkan hak-hak konstitusi warga.
Selebihnya, penyampaian aspirasi mengandung tanggungjawab intelektual, sosial, dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perubahan yang digerakkan oleh massa mahasiswa dan kuasa negara sejatinya terbangun secara sinergis.
Pernyataan akan cair ketika tuntutan mahasiswa diawali dan diselingi dengan paduan suara pekikan: "Hidup mahasiswa!", Hidup rakyat Indonesia!"
Dalam dekade terakhir, belum pernah ada peristiwa terjadi di seantero negeri dengan pekikan secara massal yang menggema, seperti "Hidup pemimpin!", "Hidup Presiden Indonesia!" Sejauh pengamatan kita, yang ada hanyalah kritikan, ejekan, dan sanjungan atas kuasa negara.
Bentuk perubahan yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi selama tujuh tahun tetap masih menyisakan penilaian yang obyektif.