Penulis : Ririe AikoÂ
Lebaran, buat banyak orang, harusnya jadi momen penuh kehangatan. Kumpul keluarga, makan enak, cerita nostalgia, ketawa bareng. Tapi di balik suasana meriah itu, ada satu hal yang bikin banyak orang malas datang: pertanyaan-pertanyaan kepo yang seolah wajib ditanyakan setiap tahun.
Begitu dateng, baru duduk, tiba-tiba:
"Udah kerja di mana sekarang?"
"Udah nikah belum? Kok sendirian aja?"
"Rumah udah beli, kan? Masak masih ngontrak?"
"Anaknya baru satu? Kapan nambah?"
Buat yang hidupnya "sesuai jalur", pertanyaan ini mungkin terasa biasa aja. Tapi buat yang lagi berjuang, pertanyaan kayak gini bisa jadi beban. Ada yang capek dengerin. Ada yang bingung jawabnya. Ada yang akhirnya memilih nggak dateng karena males diinterogasi soal hidupnya yang nggak semulus ekspektasi orang.
Nggak bisa dipungkiri, di banyak keluarga, Lebaran terasa seperti ajang adu pamer. Bukan cuma sekadar saling sapa atau silaturahmi, tapi juga unjuk pencapaian siapa yang paling sukses di antara saudara-saudara.
Ada yang dengan santai bercerita tentang rumah baru di kompleks elit, liburan ke luar negeri, atau anak yang keterima di sekolah favorit. Ada yang bangga memamerkan mobil baru atau koleksi perhiasan yang makin bertambah. Kadang, niat awalnya cuma berbagi cerita, tapi atmosfernya berubah jadi kompetisi terselubung.