Mentari disiang hari makin menjadi jadi panasnya
Cucuran air keringat mewarnai balutan seragam nan kukenakan
Mata terbelalak ini makin pucat pasi tak terkendali
Lemah dan tak berdaya senantiasa membayangi
Aura matematika bagai buat kepala pening
Seolah suasana jadi mencekam dan bergeming
Pemahaman seolah tak meresap di sanubari kalbu
Manakala sepotong angka, serpihan garis dan bongkahan huruf bersatu padu
Hanya terpatri nan terpaku dan tak meresap diragaku
Gunturan pertanyaan berbisik di raga kaku ini
Matematika, mengapa kau bagai desiran angin ?