Hamba coba temui para sahabat bertanya tanpa jawaban lega
pada siapa harus kunyatakan retak asa luka hati tergores bulanÂ
tambah menjauh sudah banyak buku aku baca hampir tak adaÂ
terlewati namun masih belum pernah selesai setiap detik terlahirÂ
Â
Setiap kembali selalu dari rahim para penyair dan perut periset
ilmuawan mengikuti perjalanan matahari menyimpan rasa sakitÂ
menggerimis di mata indahmu menghembus mendekati langitÂ
jingga menjadi jarak antara harapan kenyataan tak mudah lain
Â
Mata melirik jam dinding menggantung kamar kumencari angkaÂ
tempat dimana letak langit itu dan dimana orang sama presensi
keberadaannya sirna bersama langit tak terlihat oleh kaburnyaÂ
sumberku saat kurasakan guncangan lima belas tahun nan lalu
Â
Membakar jiwa melirik jam dinding setelah malam berlalu tetapÂ
menyimpan riwayat yaitu menyimpan rasa sakit menggeramusÂ
mata indahmu larut dalam semangat juga larut dalam mengah
lelah namun benakku masih berpikir lalu kuhisap sebatang rokok
Â
(Pondok Petir,15 Oktober 2016)