"Kamu di mana?"
Pertanyaan ini terdengar biasa.
Biasanya muncul di antara dua kesibukan, atau di sela rindu yang malu-malu.
Namun sesungguhnya, itu bisa menjadi pertanyaan yang sangat dalam.
Bila ditujukan bukan kepada orang lain,
tetapi kepada diri sendiri.
Coba tanyakan pada dirimu sendiri ; perlahan, tanpa suara.
Saat kamu duduk sendirian.
Atau di tengah keramaian yang terasa kosong.
Bisikkan ke dalam batinmu:
"Aku, sebenarnya... sedang ada di mana?"
Tubuhmu mungkin ada di sini.
Duduk. Bicara. Tersenyum.
Menanggapi. Merespons. Mengikuti alur.
Tapi jiwamu...
apakah ikut hadir?
Atau sudah lelah berpindah-pindah tempat,
mengembara tanpa arah---entah ke utang yang belum lunas,
anak yang belum pulang,
target yang belum tercapai,
atau luka yang belum sembuh?
Tubuhmu bisa berada di ruang rapat,
tapi jiwamu bisa masih tertinggal di percakapan semalam yang mengguncang.
Tubuhmu bisa mengangguk saat seseorang bercerita,
tapi jiwamu sedang menyusun daftar belanja.
Tubuhmu bisa bersandar di pelukan orang yang kamu cintai,
tapi jiwamu terasa jauh,
karena hatimu belum selesai dengan kehilangan yang tak kamu ceritakan pada siapa pun.
Lalu...
apa artinya hadir,
jika yang duduk hanya tubuhmu?
Apa artinya bicara,
jika yang menjawab hanya bibirmu, bukan hatimu?
Dan apa artinya hidup,
jika kamu melewati hari-hari hanya dengan separuh keberadaan?