Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pandemi dan Pesan Simbolik 75 Tahun Indonesia Merdeka

24 Agustus 2020   10:26 Diperbarui: 24 Agustus 2020   10:34 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan demikian diharapkan hari-hari selanjutnya dapat memberi optimisme yang membongkah untuk menatap masa depan dengan perasaan yang rileks tanpa was-was, yang berpotensi menimbulkan kecemasan (stress), yang akan berdampak pada imunitas tubuh.   

Nuansa Peringatan HUT ke-75 

Sejak pandemi Covid-19 melanda seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia, dunia seakan tenggelam dalam rasa ketakutan dan pesimisme. Hal mana, akibat  penyebaran Covid-19 yang sangat massif dan cepat sehingga berbagai aspek kehidupan turut terdampak. Apalagi WHO kemudian melansir bahwa Covid-19 dapat menyebar melalui perantaraan udara (airbone).

Di tengah kegamangan menghadapi "serangan" Covid-19, Indonesia pada tahun ini merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-75. Dihitung sejak 17 Agustus 1945 ketika Bung Karno (BK) dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan atas nama Bangsa Indonesia, berarti perjalanan bangsa ini sudah melalui rentang waktu 3/4 abad. 

Sebuah lintasan sejarah yang cukup panjang dengan berbagai pernak pernik dinamika sosial maupun politik yang menyertainya. Kadang membongkah sebuah harapan besar, tapi di balik itu tersembul pula keriuhan gaduh yang mencemaskan. Mencemaskan, karena dapat menjadi embrio terjadinya friksi dan tercerai berainya persatuan dan kesatuan yang sekian ratus tahun telah dirajut-satukan oleh para pejuang dan pahlwan bangsa, yang rela gugur mendahului kita sebagai kusuma bangsa.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini nuansa peringatan HUT RI ke-75 sungguh sangat berbeda. Jika pada 74 tahun sebelumnya, kita merayakan HUT sebagai sebuah bangsa merdeka dengan semangat heroik yang menggelora dan penuh sorak sorai kegembiraan. Tapi pada tahun ini (HUT ke-75), suasana semarak penuh euforia seperti tergambar pada peringatan kemerdekaan RI pada tahun-tahun sebelumnya, terasa seperti ada suasana merdeka yang terenggut.

Hal mana karena pada saat bersamaan di seluruh belahan dunia, tak terkecuali Indonesia, sedang menghadapi sebuah kondisi yang tidak mudah. Yakni "serangan" pandemi Covid-19, yang entah sampai tahun kapan akan berakhir, sungguh sangat tidak mudah ditebak  (unpredictable).

Refleksi-Kontemplatif dan Pesan Simbolik

Kemerdekaan Indonesia yang ke-75 seolah terenggut oleh sesuatu yang di luar kendali dan kuasa kemanusiaan kita. Pandemi Covid-19 telah menjadi "penjajah" baru yang mencoba mengintimidasi dan mengambil paksa kemerdekaan kita sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat.    

Kondisi dan nuansa kebatinan yang berbeda tahun ini sehingga memaksa peringatan HUT RI yang ke-75 harus dilakukan dalam suasana yang penuh dengan keprihatinan. Optimisme yang selama ini dicobakembangkan seakan luruh oleh sebuah makhluk tak kasat mata yang bernama Covid-19. Meski dalam keprihatinan itu muncul berbagai dugaan dan asumsi, yang cenderung juga dipaksakan agar menemukan rasionalitasnya.

Teori konspirasi pun muncul, seolah-olah berasal dari ruang hampa. Meski disadari bahwa teori itu muncul tidak sekonyong-konyong. Berbagai fenomena dan fakta aktual turut pula memberi alas justifikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun