Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menunggu Samson di Pulau Burung, Indragiri Hilir, Riau

15 Juni 2021   16:49 Diperbarui: 15 Juni 2021   17:00 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Puskesmas Pulau Burung, Erlina sedang membujuk keluarga pasien. (Foto : Elvidayanty Darkasih/dok. Dinkes Indragiri Hilir)

Hari masih pagi ketika Erlina, kepala puskesmas Pulau Burung di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau mendapat kabar ada pasien dengan sakit berat memaksa pulang. Erlina buru-buru ke puskesmas untuk melihat kondisi pasien tersebut, pasien dengan kanker payudara stadium 4. Tiba di puskesmas, Erlina berusaha membujuk pasien dan keluarga pasien agar tetap di puskesmas sementara waktu, dan menawarkan pasien untuk dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih baik. Namun keluarga pasien tetap bersikeras membawa pulang keluarganya yang sakit. 

Erlina akhirnya menyerah, dan meminta keluarga pasien untuk menandatangani surat perjanjian yang isinya tidak akan menuntut pihak puskesmas jika terjadi sesuatu yang buruk terhadap anggota keluarganya yang sakit. "Bawalah tabung oksigennya, kami pinjamkan saja. Kalau isinya habis, boleh datang lagi ke puskesmas." Ucap Erlina kepada keluarga pasien. Padahal, untuk mengisi ulang tabung-tabung oksigen puskesmas, petugas harus membawa tabung-tabung tersebut ke wilayah Guntung dan hanya bisa ditempuh dengan transportasi air seperti kapal barang atau speedboat. 

"Kalau semua sudah beres, silahkanlah berkemas. Jika nanti mau balik lagi berobat kemari, silahkan datang lagi." Ucap Erlina ramah.

"Terimakasih, Bu. Kami sedang menunggu Samson." Jawab salah satu keluarga pasien. 

Saya tidak paham apa atau siapa yang dimaksud keluarga pasien dengan Samson. Saya menjelajahi puskesmas Pulau Burung sambil memotret dan merekam video. Tak lama kemudian, saya lihat pasien kanker payudara dan keluarganya sudah pulang dengan triseda atau motor roda tiga dengan gerobak.  

pasien pulang dengan triseda. (foto : Elvidayanty Darkasih/dok. Dinkes Indragiri Hilir)
pasien pulang dengan triseda. (foto : Elvidayanty Darkasih/dok. Dinkes Indragiri Hilir)

Setelah pasien pulang, Kepala Puskesmas Pulau Burung mengajak saya mengunjungi lokasi puskesmas yang baru. Erlina menjelaskan, saat ini dia cukup kewalahan karena harus mengelola dua puskesmas. Puskesmas yang baru belum bisa digunakan secara optimal karena kondisi jalan ke puskesmas tersebut masih jalan setapak, dan listrik hanya menyala mulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB. Sementara di puskesmas yang lama , selain dekat dengan pemukiman warga, listrik menyala selama 24 jam karena mendapat pasokan listrik dari pabrik pengolahan minyak goreng dan santan di daerah tersebut. 

Kapus Pulau Burung saat menerima kunjungan dari tim Dinkes Indragiri Hilir. (foto : Elvidayanty Darkasih/dok.Dinkes Indragiri Hilir)
Kapus Pulau Burung saat menerima kunjungan dari tim Dinkes Indragiri Hilir. (foto : Elvidayanty Darkasih/dok.Dinkes Indragiri Hilir)

Saya dibonceng kepala puskesmas dengan sepeda motor menuju lokasi puskesmas yang baru. Di perjalanan, dia bercerita sulitnya akses transportasi jika ingin merujuk pasien. Transportasi air tidak saja membutuhkan biaya yang mahal, namun harus menyesuaikan dengan kondisi alam seperti pasang surut air laut, juga guncangan ombak di laut apakah cukup aman untuk melakukan perjalanan. 

"Jadi, jalan ke puskesmas yang baru ini hanya bisa dilewati dengan motor ya, Kak?" tanya saya saat dibonceng Kapus Pulau Burung yang akrab disapa Kak Eli ini. "Bagaimana mengangkut ibu hamil yang mau melahirkan?"

"Kalau hari tidak hujan dan jalannya kering, bisalah angkut pasien pakai Samson, Dek. Itu sebabnya kami belum bisa sepenuhnya meninggalkan puskesmas yang lama itu."Jawab Kak Eli. Saya belum sempat bertanya Samson itu apa atau siapa, kami keburu tiba di lokasi puskesmas yang baru. Jaraknya sekitar 4 kilometer dari puskesmas yang lama.

Saat kami tiba di puskesmas yang baru, puskesmas tersebut terlihat lengang dan sepi, mungkin karena saat itu hari Minggu. Untuk sebutan puskesmas, menurut saya bangunannya cukup megah. Beberapa alat kesehatannya juga lumayan lengkap, sebagian besar alat-alat tersebut belum pernah digunakan karena pasokan listrik yang hanya dari pukul 17.00 - 07.00 WIB, pasien pun masih sepi karena kondisi jalan. Tapi Erlina optimistis, kelak jalan tersebut akan dibuat lebih lebar karena banyak warga yang lalu lalang melewati jalan tersebut. Dia juga khawatir, jika alat-alat kesehatan yang disediakan Dinas Kesehatan Indragiri Hilir tidak pernah digunakan sama sekali, malah akan membuat alat-alat tersebut rusak.

Puskesmas Pulau Burung yang baru. (Foto : Elvidayanty Darkasih/dok. Dinkes Indragiri Hilir)
Puskesmas Pulau Burung yang baru. (Foto : Elvidayanty Darkasih/dok. Dinkes Indragiri Hilir)
"Bangunan sebagus ini, dengan kondisi jalan seperti itu, bagaimana cara mengangkut materialnya saat pembangunan puskesmas ini?" Tanya saya penasaran.

"Sekitar 500 meter dari puskesmas ini ada parit/kanal. Material bahan bangunan diangkut dengan transportasi air, itupun harus menunggu musim air laut pasang. Setelah tiba di pinggir kanal, material bahan bangunan diturunkan di pinggir kanal, lalu diangkut dengan Samson ke sini." Ucap Bang Edi, suami Kapus Pulau Burung yang ikut menemani kami ke puskesmas Pulau Burung yang baru.

"Samson itu siapa?" Dalam waktu beberapa jam, saya sudah mendengar kata Samson tiga kali, dan saya belum juga paham siapa yang dimaksud dengan Samson. 

Bang Edi tertawa mendengar pertanyaan saya, "Samson itu seperti Viar, motor roda tiga yang ada gerobaknya." 

Kali ini, saya yang tertawa. Betapa berartinya Samson di Pulau Burung. 

Elvidayanty Darkasih, Indragiri HIlir, Riau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun