Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

"... Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan." QS. Al Baqarah: 148

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Iri dan Dengki: Kenali Jauhi!

19 Mei 2023   10:36 Diperbarui: 19 Mei 2023   10:41 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest.com

c. Sebab ketiga, takabbur atau sombong. Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia khawatir apabila orang lain memperoleh nikmat, atau berpaling dan tidak mau tunduk kepadanya. Termasuk dalam sebab ini misalnya kedengkian orang-orang kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad Saw yang seorang anak yatim tapi kemudian dipilih Allah untuk menerima wahyuNya. Kedengkian mereka itu dilukiskan Allah Swt dalam firmanNya, yang artinya: "Dan mereka berkata: Mengapa Al Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?" (QS. Az Zukhruf: 31) Maksudnya, orang-orang kafir Quraisy itu tidak keberatan mengikuti Muhammad, andai saja beliau itu keturunan orang besar, tidak dari anak yatim atau orang biasa.

d. Sebab keempat, merasa takjub dan heran terhadap kehebatan dirinya. Hal ini sebagaimana yang biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah dari rasul Allah. Mereka heran manusia yang sama dengan dirinya, bahkan yang lebih rendah kedudukan sosialnya, lalu menyandang pangkat kerasulan, karena itu mereka mendengki-nya dan berusaha menghilangkan pangkat kenabian tersebut sehingga mereka berkata: "Adakah Allah mengutus manusia sebagai rasul?" (QS. Al-Mu'minun: 34). Allah Swt menjawab keheranan mereka dengan firmanNya, yang artinya: "Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu ?" (QS. Al A'raaf: 63)

e. Sebab kelima, rivalitas. Khawatir mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi. Bila tidak, dan persaingan terjadi secara sportif, ia takut kalau dirinya tersaingi dan kalah. Dalam hal ini bisa kita misalkan dengan apa yang terjadi antar dua wanita yang memperebutkan seorang calon suami, atau sebaliknya. Atau sesama murid di hadapan gurunya, seorang alim dengan alim lainnya untuk mendapatkan pengikut yang lebih banyak dari lainnya, dan sebagainya.

f. Sebab keenam, ambisi memimpin, senang pangkat/kedudukan (hubbur riyasah, hubbul jah). Hubbur riyasah dengan hubbul jah biasanya saling berkaitan. Ia tidak menoleh kepada kelemahan dirinya, seakan-akan dirinya tak ada tolok bandingnya. Jika ada orang di dunia ini yang ingin menandinginya, tentu itu akan menyakitkan hatinya, ia akan mendengkinya dan menginginkan lebih baik orang itu menjauh bahkan mati saja, atau paling tidak hilang pengaruhnya.

g. Sebab ketujuh, kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah
. Ia gembira jika disampaikan khabar padanya bahwa si A tidak berhasil dalam usahanya. Sebaliknya ia merasa sedih jika diberitakan, si A berhasil mencapai kesuksesan yang dicarinya. Orang semacam ini senang bila orang lain terbelakang dari dirinya, seakan-akan orang lain itu mengambil dari milik dan simpanannya. Ia ingin meskipun nikmat itu tidak jatuh padanya, agar ia tidak jatuh pada orang lain. Ia tidak saja kikir dengan hartanya sendiri, tetapi kikir dengan harta orang lain. Ia tidak rela Allah memberi nikmat kepada orang lain. Dan inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.

Ilustrasi
Ilustrasi "crab mentality" ironi pelaku iri dengki Sumber: Pinterest.com

Terapi Mengobati Dengki

Hasad atau dengki adalah penyakit hati yang berbahaya. Hati tidak bisa diobati kecuali dengan ilmu dan sekaligus amal. Ilmu tentang iri dan dengki yang sangat membahayakan, baik dari sisi agama maupun dunia.

Nikmat tidak akan hilang dari orang yang kita dengki hanya karena kedengkian kita. Kedengkian itu dapat membahayakan pendengki bila diekspresikan dalam perbuatan. Bukan semata dosa di akhirat, di duniapun menanggung sakit hati yang berkepanjangan dengan tiada manfaat sama sekali. Bahkan  boleh jadi dampak hukum negara, terlebih pada jaman digital ini, dimana orang dengan sangat mudah melaporkan perbuatan yang tidak menyenangkan dengan menjerat suatu perilaku menjadi kasus hukum. Jika demikian, musuh-musuh si pendengkilah yang bergembira.


Adapun sikap yang bermanfaat yaitu hendaknya kita melakukan apa yang merupakan lawan dari kedengkian. Misalnya, jika dalam jiwa kita ada iri hati kepada seseorang, hendaknya kita berusaha untuk memuji perbuatan baiknya, jika jiwa ingin sombong, hendaknya kita melawannya dengan rendah hati, jika dalam hati kita terbetik keinginan menahan nikmat pada orang lain maka hendaknya kita berdoa agar nikmat itu ditambahkan. Kita dapat meneladani perilaku orang-orang salaf yang bila mendengar ada orang iri padanya, maka mereka segera memberi hadiah kepada orang tersebut.

 Sebagai penutup tulisan ini, ada baiknya kita renungkan kata-kata Ibnu Sirin: "Saya tidak pernah mendengki kepada seorangpun dalam urusan dunia, sebab jika dia penduduk surga, maka bagaimana aku menghasudnya dalam urusan dunia sedangkan dia berjalan menuju surga. Dan jika dia penduduk neraka, bagaimana aku menghasud dalam urusan dunianya sementara dia sedang berjalan menuju ke neraka."

(Sumber rujukan: Alquran dan referensi lainnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun