Mohon tunggu...
Elra Azmi
Elra Azmi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa di Universitas Negeri Medan

Mahasiswa, hobi menulis, penyuka musik hiphop.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekilas Mengenal Adat Suku Karo

20 April 2021   11:07 Diperbarui: 20 April 2021   16:26 13922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
karo.siap-online.com

4). Kalimbubu Singalo perkempun,  

5). Kalimbubu singalo Perninin, 

6). Kalimbubu Singalo Ciken-ciken ras Ulu Emas (pihak pengantin pria).

Didalam ke-enam kampil tersebut ada dua kampil isinya rokok masing-masing dua inilah kampil untuk Sukut Sinereh dan kampil untuk Kalimbubu Si Ngalo ulu Emas. Menurut seorang tokoh adat di Desa Purwo Binangun Bapak Nerima Ginting seorang purnawirawan ABRI menjelaskan secara kultural dan historis tahapan Ngembah Belo Selambar pada duludulunya dilaksanakan oleh Sangkep Nggeluh, hanya dihadiri oleh lima belas orang sampai tiga puluh orang dari kedua belah pihak keluarga. Dewasa ini tahapan Ngembah Belo Selambar sudah mencapai jumlah undangan tiga ratus orang sampai empat ratus orang. Bagi perkawinan tidak nangkih, Tahapan Ngembah Belo Selambar adalah tahapan pertama dalam sistem perkawinan pada Suku Karo. Dalam proses pesta perkawinan Adat Karo, Runggu (musyawarah) diawali dengan penyerahan Kampil Persentabin (tempat sirih Kehormatan yang berisi sirih, rokok, tembakau, kapur dan gambir). Kampil ini sebanyak lima buah diserahkan kepada pihak perempuan (proses inilah adat kesantunan pada orang yang dihormati). Contoh: calon mempelai laki laki adalah Bermarga Sembiring dan calon mempelai perempuan adalah Beru Ginting,proses komunikasi berlangsung antara Anak Beru Sembiring (ABS) dan Anak Beru Ginting (ABG).

ABS : Uga kam kalimbubu kami anak Beru Ginting mergana ndai, ma enggo pulung kam kerina I jenda? 'bagaimana kalimbubu kami Anak Beru Ginting mergana, kan sudah berkumpul kita semuanya di sini?'

ABG : Enggo ' sudah' ABS : Adi enggo kam pulung kerina,enda isap ras kampil
kami Anak BeruSembiring, ban lebe isap ras belo ndu kerina. 'jika sudah kumpul kita semua di sini, ini rokok dan sirih kami Anak Beru Sembiring. Merokoklah dulu kita dan makan sirih.

Biasanya usai merokok dan menyirih, baru Anak Beru Ginting menanyakan keinginan Anak Beru Sembiring datang kerumah Kalimbubu. Maka, Anak Beru Sembiring menyatakan keinginan mereka datang untuk meminang Beru Ginting menjadi istri Sembiring Mergana.Dari komunikasi yang dilakonkan ABS dan ABG berfungsi sebagai moderasi, dimana keputusan tetap berada dipihak luar kelompoknya. Dalam acara Adat Suku Karo, peran serta Anak Beru, Senina, Kalimbubu sangat mempunyai peran penting. Dimulai dari persiapan pesta hingga pesta berakhir. Anak Beru mempunyai peran yang aktif dalam berbicara (Anak Beru si ngerana) pada saat pesta adat berlangsung. Tidak semua yang mempunyai kedudukan Anak Beru mampu menjadi Anak Beru Singerana (Anak Beru yang berbicara), karena Anak Beru Singerana inilah yang dituntut dapat berkomunikasi dengan bahasa santun (mehamat) serta pintar merangkai kata-kata saat berbicara dengan Kalimbubu (orang yang dihormati).

Menurut narasumber, yaitu Bapak Ngaku Sitepu Nehken Kata (menyampaikan pesan) termasuk Ngembah Belo Selambar, karena pada zaman dahulu dan kekinian dalam tahapan nangkih, ketika Anak Beru calon mempelai laki-laki nehken kata ke orang tua calon mempelai perempuan sebagai pengganti tahapan Ngembah Belo Selambar.Artinya tahapan Ngembah Belo Selambar sudah dilaksanakan pihak keluarga perempuan tinggal menentukan hari Nganting manuk, yang sering disebut wari si peenemken atau pewaluhken (enam atau delapan hari kemudian). Dalam enam hari atau delapan hari kemudian ditentukan Nganting Manuk. Kedudukan berbahasa dalam lingkup sosial memiliki arti penting yang sarat dengan manfaat, karena bahasa santun bagi masyarakat umumnya jarang disadari dan dipikir. Padahal berbahasa santun menunjukkan penghormatan pada dirinya sendiri dan orang lain, menimbulkan kemufakatan yang membawa perdamaian.

Masyarakat sendiripun memiliki tanggung jawab untuk memberikan contoh berbahasa santun bagi generasi muda, agar senantiasa terjaga komunikasi yang baik dan menguntungkan bagi semua pihak. Saragih (2006:23) mengatakan "merupakan fenomena sosial yang terwujud sebagai semiotik sosial dan bahasa merupakan teks yang saling menentukan dan menunjuk dengan konteks sosial". Kesantunan berbahasa memiliki dua dimensi yaitu dimensi "bentuk" dan dimensi "nilai". Dimensi bentuk menyangkut formulasi tuturan yang secara kasat mata dapat diamati dari satuan gramatikalnya, sedangkan dimensi nilai menyangkut pandangan seseorang atau masyarakat terhadap tindak yang merealisasikan kesantunan. Kita semua mengetahui kesantunan itu berkaitan erat dengan keinginan masyarakat yang selalu ingin berbudi luhur, memiliki kebudayaan yang tinggi, serta menjunjung tinggi etika dan moral.

  • Nganting Manuk

Secara etimologi, Nganting Manuk diartikan "menenteng ayam" pada jaman dahulu ayam adalah simbol ternak sebagai lauk-pauk yang akan disantap dalam pertemuan adat. Perkawinan Adat Karo yang dulunya berbentuk dusun kedusunan, ayam tersebut ditenteng oleh Anak Beru karena tidak adanya sarana perhubungan dan masih dilakukan berjalan kaki. Ayam-ayam ditenteng oleh Anak Beru menuju rumah orang tua calon pengantin wanita, di sinilah muncul istilah nganting manuk. Menurut Pak Nerima Ginting, ayam adalah simbol laki laki yang jantan. Tahap Nganting Manuk menanyakan tentang kesenangen ate (kesenangan hati) pihak Kalimbubu tapi sifatnya hanya bunga bunga ranan (basa basi). Karena sudah dibicarakan sebelumnya pada tahap Ngembah Belo Selambar, pelaksanaan Nganting Manuk ini diselenggarakan ditempat atau wilayah tempat calon pengantin perempuan. Biasanya dilaksanakan di rumah calon pengantin perempuan dan bisa dirayakan di jambur, loosd desa, wisma atau balai perkawinan pertemuan lainnya tergantung pada kesepakatan keluarga kedua pengantin wanita dan pengantin pria dimana acara tersebut dilaksanakan. 

Menurut Bapak Nerima Ginting dalam wawancaranya dengan peneliti, persiapan yang harus dipersiapkan Anak Beru Si Empo (Anak Beru pihak calon pengantin pria) dalam Ngantik manuk adalah tikar untuk tempat duduk orang yang diundang, serta tikar putih untuk adat harus ada delapan, enam kampil beserta isinya, sirih, rokok untuk adat secukupnya, delapan bela sumpit perakan (tempat nasi berupa anyaman dari pandan) tempat nasi kehormatan, nasi dan lauknya sesuai dengan orang yang diundang, lauk yang disediakan harus ayam kampung karena namanya Nganting manuk, oleh-oleh berupa makanan yang manis seperti cimpa lepat atau cimpa gulame yang menyerupai dodol. Dalam proses Nganting Manuk menurut Pak Nerima Ginting makan dahulu baru Runggu (musyawarah) atau musyawarah terlebih dahulu baru pelaksanaan makan bersama, tergantung kesepakatan tetapi pada umumnya di kota-kota besar biasanya musyawarah terlebih dahulu baru diakhiri makan bersama.

  • Mata Kerja (Hari H Pesta Perkawinan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun