Mohon tunggu...
Heny kojongian
Heny kojongian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Makassar

Tertarik dengan topik mental health.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Mengenal Sejarah Kampung Adat Cirendeu, Kampung yang Tidak Konsumsi Nasi

4 Maret 2024   12:29 Diperbarui: 5 Maret 2024   20:31 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan kali ini saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi dan mengeksplor salah satu tempat yang masih menjunjung tinggi kegiatan adat istiadatnya yakni Kampung Adat Cirendeu. Kampung adat Cirendeu merupakan kampung adat yang terletak di kota Cimahi, Jawa Barat. 

Kampung ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke 16 M. Sedangkan nama Cirendeu berasal dari dua kata yaitu Ci dan Rendeu, Ci artinya air dan rendeu yang berasal dari tanaman Rendeu. 

Ada yang unik dari kampung ini, dimana kampung ini tidak memakan nasi dari padi sejak zaman dahulu, ini merupakan bentuk perlawanan terhadap penjajah yang dilakukan oleh sesepuh kampung tersebut.

Pada masa kolonial Belanda, masyarakat Indonesia mengalami kesulitan disektor pangan dimana hal tersebut merupakan monopoli yang dilakukan pemerintahan kolonial Belanda terhadap hasil panen masyarakat Indonesia. 

Hal itulah yang menyebabkan warga kampung cirendeu membentuk perlawanan dengan tidak memakan nasi. Proses peralihan ini berlangsung cukup lama untuk menentukan makanan pokok yang cocok. 

Berbagai bahan makanan dicoba seperti jagung, bunut, talas, dan sebagainya sampai akhirnya menemukan singkong sebagai makanan pokok yang paling cocok. 

dokumentasi pribadi, Mang Jajat selaku narasumber sekaligus warga kampung adat Cirendeu
dokumentasi pribadi, Mang Jajat selaku narasumber sekaligus warga kampung adat Cirendeu

Rasi (Nasi singkong)

Nasi singkong dinamakan dengan rasi oleh warga kampung adat Cirendeu. Saya turut langsung dalam proses pembuatan rasi ini, prosesnya melalui berbagai tahapan, pertama proses pengelupasan kulit singkong, kedua proses pemarutan singkong, ketiga proses pemerasan sari singkong, selanjutnya singkong tersebut dikeringkan selama kurang lebih tiga hari, proses terakhir yakni penghalusan singkong, setelahnya singkong bisa dimasak dengan cara dikukus dengan memberikan sedikit air.

Pertanyaannya apakah aman mengkonsumsi singkong secara terus menerus? Apalagi kampung ini memegang teguh prinsip dari leluhur untuk tidak memakan nasi, mang Jajat sebagai narasumber dari kampung tersebut mengatakan bahwa proses pemilihan jenis singkong tidak sembarangan, sedangkan singkong sendiri merupakan makanan yang tinggi akan karbohidrat dan rendah gula yang kemudian bisa dijadikan sebagai makanan pokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun