Mohon tunggu...
Mutiara Eria Hanifa
Mutiara Eria Hanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, aku mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Bung Hatta kota Padang, Hal yang paling aku suka adalah liburan. Salam kenal ya

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Keunikan Tersembunyi di Kampung Adat Cireundeu

5 Maret 2024   01:40 Diperbarui: 5 Maret 2024   01:47 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi 

Haii teman-teman…..
Kembali lagi, tentunya masih bersama Aya…..
Temen-temen tau modul kita minggu ini kemana???


Jadi, pada minggu ini kelompok Reak melaksanakan kegiatan Modul Nusantara ke Kampung Adat Cireundeu. Kampung Adat Cireundeu ini dimana sih?, kok modulnya ke kampung sih?, emangnya disana ada apa?
Pasti teman-teman juga penasaran kan apa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi.


Kampung Cirendeu adalah sebuah kampung adat yang terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Jawa Barat. Kampung cireundeu diperkirakan sudah ada sejak abad ke 16. Nama kampung cireundeu diambil dari kata ci sebagai cai atau air dan reundeu atau pohon reundeu, karena sebelumnya di kampung ini banyak sekali populasi pohon reundeu. pohon reundeu itu sendiri adalah pohon untuk bahan obat herbal. Maka dari itu kampung ini disebut Kampung Cireundeu. Kampung Cireundeu merupakan salah satu kampung adat yang memiliki keunikan dari segi bahan pangan yang mereka konsumsi sehari – hari yaitu olahan dari singkong, pada tahun 1918 kampung adat cireundeu sudah mengubah kebiasaan memakan nasi dengan singkong yang dijadikan sebagai makanan pokok hingga saat ini, masyarakat kampung adat cireundeu mengolah singkong menjadi beras singkong.
Kebiasaan makan beras singkong sudah ditanamkan sejak dini dan secara turun temurun. Menurut mereka makan beras padi itu merupakan sebuah larangan dimana ketika dilanggar, tentu pasti ada sanksi sosialnya.

Sumber: Dokumentasi Pribadi 
Sumber: Dokumentasi Pribadi 


Disana kelompok Reak juga diajarkan oleh para pemudanya bagaimana proses cara pembuatan singkong menjadi beras hingga nasi. Dan ternyata tidak hanya menjadi beras singkong juga bisa diolah menjadi bahan makanan yang unik lainnya seperti mie, dendeng singkong, brownis, Stick singkong, dan masih banyak lagi tentunya.

Sumber: Dokumentasi Pribadi 
Sumber: Dokumentasi Pribadi 

Tak hanya diajarkan bagaimana cara mengolah singkong menjadi beras, Kami juga diajarkan cara memainkan Angklung Buncis. Angklung buncis adalah salah satu jenis variasi kesenian dari alat musik angklung. Nama kesenian buncis berasal dari satu teks lagu yang terdapat dalam kesenian buncis dan memiliki lirik cis kacang buncis nyengcle.....,seterusnya. Berdasarkan hal tersebut masyarakat menyebut kesenian ini buncis. Kesenian ini menjadi ciri khas Jawa Barat terutama di daerah Kampung Adat Cireundeu yang keasliannya  terjaga sejak 600 tahun silam, karena pada awalnya angklung buncis ini digunakan sebagai salah satu pertunjukan petani untuk persembahan upacara menghormati padi (Nyi Pohaci Sanghyang Sri atau Dewi Sri) saat panen tiba. Tapi, mulai tahun 1940-an fungsi ritual angklung buncis dalam penghormatan padi mulai ditinggalkan, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Faktor ini seiring dengan adanya perubahan zaman dan menghilangnya lumbung dari masyarakat Sunda membuat persembahan ini mulai ditinggalkan. Angklung Buncis ini sedikit berbeda bentuknya dengan Angklung Modern. Angklung Buncis memiliki tangga nada yang berbeda dengan Angklung Modern. Angklung Buncis bernada Pentatonis (Da Mi Na Ti La).

      Nah, masih ada yang unik dari kampung Adat Cireundeu ini teman-teman setelah kelompok Reak diskusi bersama Kang Yayat yaitu sebagian besar penduduknya memeluk dan memegang teguh kepercayaan yang dinamakan Sunda Wiwitan hingga saat ini. Selalu konsisten dalam menjalankan ajaran kepercayaan serta terus melestarikan budaya dan adat istiadat yang telah turun-temurun dari nenek moyang mereka. Masyarakat adat Cireundeu sangat memegang teguh kepercayaannya, kebudayaan serta adat istiadat mereka. Mereka memiliki prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman” arti kata dari “Ngindung Ka Waktu” ialah kita sebagai warga kampung adat memiliki cara, ciri dan keyakinan masing-masing. Sedangkan “Mibapa Ka Jaman” memiliki arti masyarakat Kampung Adat Cireundeu tidak melawan akan perubahan zaman akan tetapi mengikutinya seperti adanya teknologi, televisi, alat komunikasi handphone, dan penerangan.
Dikampung adat Cirendeu memiliki 3 peraturan pernikahan yaitu yang pertama tidak boleh bercerai, yang kedua tidak boleh poligami, dan yang ketiga tidak boleh menikah dengan orang diluar bangsa artinya diluar orang indonesia.
Kampung Cireundeu memiliki tiga kawasan yang sampai saat ini dijaga yang pertama Leuweung Larangan (hutan terlarang) yaitu hutan yang tidak boleh ditebang pepohonannya karena bertujuan sebagai penyimpanan air untuk masyarakat adat Cireundeu khususnya, jadi sesuai dengan namanya hutan larangan makan hutan itu tidak boleh dikunjungi. Kedua Leuweung Tutupan (hutan reboisasi) yaitu hutan yang digunakan untuk reboisasi, hutan tersebut dapat dipergunakan pepohonannya namun masyarakat harus menanam kembali dengan pohon yang baru. Dan ketiga Leuweung Baladahan (hutan pertanian) yaitu hutan yang dapat digunakan untuk berkebun masyarakat adat Cireundeu. Biasanya ditanami oleh jagung, kacang tanah, singkong atau ketela, dan umbi-umbian. Ketika menaiki puncak salam tidak boleh menggunakan alas kaki, karena masyarakat disana memiliki kepercayaan bahwa bukit cirendeu itu merupakan ibu mereka. Jadi dilarang menggunakan sendal agar tidak boleh ada jarak antara kita sama ibu kita.
Jadi, itulah kegiatan-kegiatan yang saya dan kelompok Reak lakukan selama di Kampung Adat Cireundeu. Banyak sekali keunikan yang ada di Kampung Adat Cireundeu kan teman-teman. Nah, Kita sebagai generasi muda atau generasi penerus tentunya harus bisa melestarikan budaya bangsa kita untuk masa depan. Sebagai generasi milenial yang sekarang sudah banyak dipengaruhi banyak hal seperti teknologi, tetunya hal tersebut tidak menghalangi kita tetap terus memumpuk dan menjaga  persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan selalu menghargai setiap perbedaan yang ada, sebagaimana semboyan bangsa Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu.
Karena sejatinya meskipun masyarakat Indonesia berbeda-beda baik suku,ras,agama, bahasa daerah dan sebagainya, namun kita tetap satu sebagai BANGSA INDONESIA

Kelompok 13 : Reak
Kelompok 13 : Reak

“Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Budayanya” – Mang Rei 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun