Mohon tunggu...
Elisa Enjeli Simanullang
Elisa Enjeli Simanullang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Merdeka Menulis

“Menulis dan bercahayalah!” ― Helvy Tiana Rosa

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Part 1: Hati yang Layu

6 Mei 2024   09:58 Diperbarui: 6 Mei 2024   13:12 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: id.pinterest/lalaa

Terik mentari siang hari ini sangat menyengat, bahkan menusuk kepalaku hingga kurasakan denyutnya. Aku berjalan dengan derap langkah kaki yang sangat cepat, dengan beberapa buku-buku yang bersusun di tanganku, dan sebagian lagi kusimpan di dalam ranselku. Aku bahkan mengalahkan derap langkah kaki seniorku. Sebagai junior sekolah, kami harus bersikap sopan kepada senior kami. Dengan itu, aku tidak lupa izin untuk berjalan mendahului mereka.

"Aku duluan ya ka" ucapku pada mereka

"Iyaa dik, hati-hati!"jawab salah satu dari mereka.

Di tengah perjalanan, aku melihat ramainya orang berjalan dengan seragam yang sama denganku. Kulirik arloji di tanganku.

"Oh tidak, aku hampir terlambat" ucapku dalam hati.

Akupun menarik nafas berat dan melanjutkan langkah kakiku dengan secepat yang aku bisa, saat itu aku terburu-buru dan sangat lelah karena banyaknya buku-buku yang kubawa. Akupun tidak sengaja menabrak tubuh seseorang yang tidak kukenal perawakannya, tetapi aku melihat dia memakai seragam sekolah yang sama denganku.

Brakk!!!

Aku terjatuh tepat di batu-batu kerikil yang membuat lututku sedikit luka, dan buku-buku di tanganku luka terjatuh dengan berserakan. Sakit dari luka itu tidak masalah bagiku, tapi saat itu pipiku merona dan aku hanya bisa duduk dengan kepala tertunduk. Untung saja tidak banyak teman-temanku yang melihatku, hanya ada beberapa senior yang hanya diam saja menatapku terjatuh di jalan yang penuh batu kerikil itu.

"Aww" aku meringis kecil, merasakan sakit di lututku. Aku memegangi lututku yang luka, dan saat itu aku mendongak kepada seseorang yang tegap berdiri di depanku dengan mata yang cokelat, dan memandangku penuh dengan rasa iba. Ternyata dia adalah sosok lelaki yang tidak sengaja tertabrak olehku.

"Maaf ka." Ucapku dengan penuh rasa bersalah sambil memegangi lututku.

"iya, kamu tidak apa-apa kan dik? Tanya dia padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun