Mohon tunggu...
Elgi Laska Rivera
Elgi Laska Rivera Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Senjang Hasil Gabah Padi Pada Musim Tanam Pertama Dengan Musim Tanam Kedua di Nagari Talu

20 Januari 2021   14:45 Diperbarui: 20 Januari 2021   14:49 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Pupuk dapat memberikan manfaat yang maksimal bila diketahui dengan tepat kebutuhan hara bagi tanaman, hara yang tersedia di tanah dan target hasil yang diharapkan. Unsur hara adalah bermacam-macam mineral yang terdapat di dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Zat hara juga merupakan sari makanan dalam bentuk cair. Mineral tersebut dalam bentuk cair yang dapat diserap oleh akar untuk disalurkan ke zat hijau daun.

 Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman sekaligus untuk menjaga keberlanjutan produksi tanaman adalah pemupukan berimbang. Keseimbangan hara merupakan konsep yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebutuhan hara tanaman. Keseimbangan hara tanaman dapat dihitung dari selisih antara hara yang ditambahkan dan hara yang hilang keluar dari lingkungan pertumbuhan tanaman. Hara yang ditambahkan dapat berasal dari pupuk, bahan organic, air irigasi dan air hujan. Hara yang hilang dari lingkungan pertumbuhan tanaman antara lain terangkat hasil panen dan sisa hasil panen yang tidak dikembalikan, hilang menguap, tercuci dan ikut terbawa aliran permukaan. Jika terjadi kekurangan unsur haram aka pertumbuhan tanaman akan terbatas bahkan terhambat. Ada beberapa cara untuk meningkatkan efisiensi pemupukan yaitu 5T : tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat tempat.

            Paradigma baru pemupukan berimbang adalah kombinasi pupuk anorganik dan organik. Berbagai hasil penelitian pemupukan menunjukkan bahwa pemupukan berimbang menghasilkan produksi yang optimum. Teknologi pemupukan seperti penggunaan pupuk lepas lambat terkontrol serta pemanfaatan enzim urease dan inhibitor nitrifikasi dapat mengatasi permasalahan waktu dan ketersediaan hara N yang masih rendah efisiensinya. Aplikasi pupuk yang tepat juga sangat ditentukan oleh lokasi, jenis tanaman, cuaca dan jenis sistem usahatani.

            Cara menetapkan kebutuhan pupuk dapat dilakukan dengan berbagai metode sebagai berikut : 1) gejala pada tanaman dan observasi di lapangan; 2) analisis jaringan tanaman dan 3) analisis tanah, dilakukan dengan mengambil contoh tanah, menganalisis dan kemudian melakukan interpretasi hasil analisis untuk menetapkan kebutuhan pupuk.

            Kebutuhan hara N untuk tanaman padi telah lazim ditetapkan menggunakan bagan warna daun yang memberikan rekomendasi pupuk berdasarkan tingkat produktivitas padi sawah. Sebagai contoh kebutuhan hara N tanaman padi sawah ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas padi sawah. Pada tingkat produktivitas rendah ( < 5 t ha-1 ) dibutuhkan 200 kg urea ha-1, produktivitas sedang ( 5 - 6 ha-1 ) dibutuhkan 250 - 300 kg urea ha-1, produktivitas tinggi ( > 6 ha-1 ) dibutuhkan 300 - 400 kg urea ha-1.    

Mindset Petani / Mitos Nagari Talu


            Informasi tentang perilaku masyarakat nagari Talu terhadap pengendalian hama tikus diperoleh dari wawancara dengan kepala jorong, petani dan penyuluh pertanian lapangan. Sebagian besar narasumber mengatakan tidak melakukan pengendalian tikus walaupun sudah ada anjuran dan pemberian alat pengendalian tikus. Masyarakat setempat tidak melakukan pengendalian karena mereka beranggapan bahwa hama tikus hanya “mengurangi” produksi saja bukan “menghabiskan”, jika tikus dibunuh maka akan menyebabkan gagal panen karena tikus yang ada di sawah akan merusak tanaman. Oleh karena itu, masayarakat tidak pernah membunuh atau berbuat kejam pada tikus yang ada di sawah, sehingga sampai saat ini masyarakat tidak pernah mengalami gagal panen.

            Sebelumnya petani yang ada di nagari Sinuruik pernah melakukan pengendalian hama tikus dan menyebabkan gagal panen. Dari kejadian tersebut masyarakat masih beranggapan dan percaya bahwa tikus-tikus tersebut tidak boleh dibunuh karena semakin dibunuh maka akan mendatangkan tikus lain dalam jumlah yang lebih banyak dan merusak tanaman. Selain itu ada alasan lain yang membuat masyarakat nagari Talu enggan melakukan pengendalian tikus yaitu kepercayaan masyarakat jawa dengan kutipan sebagai berikut :

“nggih kapitadosan kados ngaten nggih wonten, sing bar diracun sawahe malah bengine tikuse le teko tambah akeh tambah ngrusak, tapi kan tiyang niku werni-werni, onten nek sing diganggu sumelang nggih onten, nggih kadang-kadang nek mboten diberantas mangkeh dinas nggih nyalahke”.

(Ya kepercayaan seperti itu ya masih ada, habis diracun sawahnya malamnya tikusnya datang dalam jumlah banyak tambah merusak, tapi kan orang itu macam-macam, ada yang kalau diganggu marah, ya kadang-kadang kalau tidak diberantas nanti dari dinas ya menyalahkan).

Kepercayaan masyarakat selanjutnya adalah “kesaktian apabila dibunuh akan menjadi berlipat ganda, seperti jika ia membunuh seekor tikus maka akan menjadi dua, jika membunuh dua maka akan menjadi empat, demikian seterusnya”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun