Mohon tunggu...
Elgi Laska Rivera
Elgi Laska Rivera Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Senjang Hasil Gabah Padi Pada Musim Tanam Pertama Dengan Musim Tanam Kedua di Nagari Talu

20 Januari 2021   14:45 Diperbarui: 20 Januari 2021   14:49 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padi adalah komoditi pangan pertanian yang menjadi sumber makanan pokok di Indonesia. Kebutuhan pangan di Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Indonesia merupakan daerah yang memiliki potensi yang sangat baik pada sektor pertanian dan termasuk produsen sekaligus konsumen beras terbesar dunia dibawah Cina.

Tanaman padi termasuk golongan rumput yang berumpun, dimana pada saat penghitungan ubinan di lapangan diperoleh  jumlah anakan rata-rata sebanyak 24 anakan. Mayoritas masyarakat Indonesia menjadikan tanaman padi menjadi sumber makanan pokok. Tanaman padi merupakan tanaman yang berumur pendek. Iklim yang cocok bagi tanaman padi yaitu tumbuh di cuaca yang panas dan mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang ideal yaitu rata-rata 200 mm/bulan. Keragaman jumlah produksi tanaman padi salah satunya dipengaruhi oleh keragaman curah hujan (Rouw, 2008). Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu diatas 230 celcius. Tinggi tempat penanaman yang baik yaitu 0 - 1500 meter diatas permukaan laut. Tanaman padi membutuhkan penyinaran oleh sinar matahari minimal selama 6 jam per hari. Sinar matahari diperlukan dalam proses fotosintesis tanaman padi.

Berdasarkan hal tersebut masyarakat Indonesia dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam bertani untuk meningkatkan produksi padi dan menjaga kestabilan ketahanan pangan. Salah satu cara untuk meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga ketersediaan beras di tingkat daerah dan pedesaan adalah dengan tetap menanam padi dan mengaplikasikan teknologi baru yang dapat meningkatkan jumlah produksi. Teknologi baru tersebut dapat diperoleh masyarakat dari penyuluh pertanian lapangan yang ada di nagari Talu.

Selain penyuluh pertanian lapangan, pemerintah juga harus berpartisipasi dalam menjaga ketersediaan bahan-bahan pendukung produksi padi supaya hasil produksi dapat dimaksimalkan, seperti persediaan benih, bibit, pupuk, sarana produksi pertanian dan sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Pengaruh Musim

            Pada kondisi normal pembagian musim tanam secara umum di Indonesia terbagi menjadi dua periode yaitu  musim hujan yang terjadi pada bulan Oktober hingga April dan musim kemarau pada bulan Mei hingga September. Musim hujan biasanya dicirikan dengan terjadinya penurunan rata - rata suhu udara harian, penyinaran matahari lebih pendek, radiasi matahari lebih pendek, curah hujan tinggi dan langit berawan atau mendung. Sedangkan pada musim kemarau suhu udara harian rata-rata lebih tinggi, radiasi surya tinggi, penyinaran matahari lebih lama dan menurunnya kelembaban udara.

            Perubahan kondisi atmosfer bumi akibat efek gas rumah kaca menyebabkan terjadinya peningkatan suhu dan perubahan iklim yang berakibat pada berubahnya pola curah hujan, temperatur, penguapan, angin dan radiasi surya (Anonim, 2012). Perbedaan hasil gabah pada musim kemarau dan musim hujan cukup besar dan pada setiap musim terdapat kesenjangan hasil.

            Berdasarkan informasi yang didapat dari petani gabah yang diperoleh pada musim kemarau lebih unggul dibandingkan dengan gabah yang diperoleh pada musim hujan, hal ini disebabkan oleh rata-rata radiasi surya harian musim kemarau lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan, terutama saat pengisian gabah. Radiasi surya yang tinggi pada musim kemarau bersamaan dengan tahap pemasakan gabah, sehingga radiasi tersebut berkontribusi besar terhadap peningkatan produksi gabah.

            Aplikasi teknik budidaya spesifik musim sangat berperan dalam menekan perbedaan hasil antar musim tanam. Saat ini petani masih menyamakan sistem budidaya padi pada musim hujan dengan musim kemarau. Perbedaan agroklimat pada musim kemarau dan musim hujan berpengaruh terhadap pertumbuhan agronomi dan fisiologi tanaman padi. Penerapan teknologi spesifik yang tepat akan mengurangi senjang hasil antar musim yang bermuara pada peningkatan produksi padi dan terpeliharanya ketahanan pangan nasional (Sembiring, 2012).

Pemupukan

            Pupuk adalah material pertanian yang ditambahkan pada media tanam sebagai penyedia nutrisi dan unsur hara sehingga tanaman dapat berproduksi dengan baik dan maksimal. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penyuluh pertanian lapangan jumlah pupuk yang diberikan petani pada musim tanam pertama dengan musim tanam kedua berbeda. Pada musim tanam pertama jumlah pupuk yang diberikan pada tanaman lebih banyak dibandingkan dengan musim tanam kedua. Hal tersebut dilakukan karena petani takut tanaman tumbuh subur sehingga mengundang hadirnya hama tikus. Hasil diskusi yang diperoleh dari kepala jorong pertemuan nagari Talu adalah “Masyarakat setempat masih ada yang menganggap bahwa semakin banyak hama tikus maka akan semakin banyak kerugian yang akan dialami petani”. Oleh karena itu jumlah pupuk yang diberikan petani pada tanaman padi pada musim tanam kedua lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pupuk pada musim tanam pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun