"Ma, suratnya sudah selesai!"
Suaranya melengking. Nyaring. Meriuhkan pagi. Membuat langkahku urung menuju dapur.
Ia keluar dari kamar, menyodorkan amplop berwarna putih. Wajahnya sumringah.
"Mama boleh baca isinya tidak?" Aku menatapnya. Ia menggeleng seraya mengibas-ngibaskan rambutnya yang mulai memanjang.
"Baiklah. Trus surat ini harus dikirim ke mana?" Aku tersenyum menggodanya. Ia menggaruk-garuk kepalanya sejenak.
"Ke kantor pos saja, Ma!" Akhirnya ia menjatuhkan perintah. Aku mengangguk.
"Baiklah. Nanti sepulang dari pasar mama mampir ke kantor pos, ya." Kutundukkan kepala sedikit, mencium keningnya yang berponi.
***
Gerimis turun semakin rapat. Siang itu kantor pos tampak sudah sepi. Seorang lelaki berseragam coklat mendekat begitu melihat kedatanganku.
"Maaf, Bu. Kantor pos sudah tutup."
"Wah, sudah tutup, ya. Padahal aku mau mengirim surat ini." Ujarku sembari mengeluarkan amplop kecil dari dalam tas.