Tersiar kabar, Tubir yang tujuh hari lalu meninggal dunia, hidup lagi.
Jujur, sepanjang penyuntingan berlangsung, saya terkagum-kagum dengan ide dan power menulis yang dimiliki oleh Acek Rudy.
Pekan lalu saya melakukan kunjungan rutin ke Kampung Topeng. Tempat bermukim para ex gepeng dan anak-anak jalanan.
Sempatkan waktu sejenak untuk membakar kalori dan melepas racun dalam tubuh dengan rutin menggerakkan badan agar terhindar dari gejala Osteoarthritis.
Jika kau mencari aku, pergi saja ke savana tak bertuan
Nostalgia masa kecil saat Ramadan adalah momen terindah yang tak lekang dimakan waktu.
Ibadah puasa tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, melainkan harus pula mampu mengendalikan hawa nafsu.
Ketika hatimu merasa lelah, buka saja jendela yang menghadap ke arah sisi matahari bersembunyi.
Jika aku sedang rinduTiba-tiba saja aku pandai merangkai kata-kata
Aku belajar mencintai dari tetes air hujan yang berulang kali jatuh di atas permukaan batu pipih
Arok, kau-kah itu? Yang tiada henti mengirim pijar di mataku serupa dian membelah lamun
Pergi merantau ke negeri jiran Pergi plesiran ke negeri Kanguru. Mari sini kita kopdaran Berani gombalin aku? Kujitak kau!
Seorang lelaki telah menjadi suami dari sebuah puisi. Ia tak lagi sendiri. Tak pula merasa kesepian
Semalam, aku dan isi kepalaku tidak saling bertegur sapa Kami diam, satru dan siwakan
Kita akan tiba di masa itu, menjadi tua, lalu renta
Dalam mimpi kamu bisa menjadi sesiapa; mungkin hujan, senja, kupu-kupu, atau barangkali kamu tetap ingin menjadi diri kamu yang sekarang?
Maha Guru Ayah sibuk memilah buku-buku tua yang berderet rapi di dalam lemari kayu.
Selama menikmati film berdurasi lebih dari 2 jam ini (tepatnya 132 menit), jiwa fiksi serta jiwa gelut saya tak henti meronta-ronta.
Dunia tidak perlu tahu kita sedang hancur atau babak belur. Dunia cukup tahu saat kita sedang bahagia menuai mujur.
Maha Guru Ayah melepas genggaman tangannya perlahan. Setelah mengangguk kecil ia berlalu meninggalkan Nyai Faimah