Semalam, sebuah puisi berlari kencang
Tanpa arah
Menerjang mimpi
Membangunkan nurani yang pernah bungkam dan tercederai
Semalam, sebuah puisi berlari sendirian
Menyusuri pematang hari yang kian rapuh
Melintasi batas waktu yang semakin rancu
Mungkinkah ia sedang galau?
Atau sesungguhnya ia sedang rindu
Pada seseorang
Pemilik mata sunyi paling teduh
Semalam, sebuah puisi masih ingin terus berlari
Menembus kabut, menerjang ilalang setinggi pinggang
Kadang tersandung, kadang terjengkang
Kadang dipeluk angin untuk kemudian diempaskan begitu tiba-tiba
Semalam, sebuah puisi berlari hingga mencapai istana awan
Di sana, ia ruahkan semua beban yang meruam
Ia tumpahkan segala kesah yang meradang
Merupa hujan, yang gagu dan ragu saat menggelinjang basah
Semalam, seorang lelaki berdiri di teras sebuah rumah
Menunggu selarik puisi
Jatuh
Dari mata seorang perempuan
Yang pernah menatapnya dengan majas paling berbahaya
***
Malang, 24 September 2025
Lilik Fatimah Azzahra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI