Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ketika Lelakiku Merajuk

3 Februari 2020   04:23 Diperbarui: 3 Februari 2020   04:22 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:bincangsyariah.com

Maukah kau kutemani dengan suguhan secangkir kopi? Di depan teras rumah. Di bawah pecahan cahaya redup bulan purnama. 

Kita bisa berbincang tentang apa saja. Tentang Rahwana yang menculik Dewi Shinta. Tentang Banowati yang patah hati, atau--tentang kunang-kunang yang dipercaya jelmaan dari kuku-kuku orang yang sudah mati.

Maukah kau yang terlebih dulu memulai?

Kubisikkan kata-kata itu di telingamu, kala kau merajuk. Namun kau masih saja geming, diam tak bersuara ditingkahi oleh seribu satu hening.

Tapi aku tak hendak kehabisan akal. Kuraih buku-buku berhalaman tebal. Kubuka lembar demi lembar. Kubacakan cerita penuh suri tauladan. Kisah hidup para Nabi. Dengan suara paling lembut yang pernah kumiliki.

Nabi Adam. Lelaki pertama yang diciptakan oleh Tuhan. Yang mencintai Hawa dengan segenap perasaan. Yang menerima pasangan bukan hanya dari sisi kelebihan. Namun juga dari segala kekurangan dan keterbatasan.

Nabi Khidir. Yang doa-doanya terus mengampu tiada henti mengalir. Yang padanya dianugerahkan mukzizat panjang usia. Untuk menguji kesabaran dan juga tabah. Bagi sesiapa yang pernah dan sempat ia jumpa.

Nabi Yusuf. Keelokannya sungguh tiada termaktub. Oleh kata maupun huruf. Yang darinya mengalir kisah bersimbah airmata. Tentang kasih sayang seorang ayah. Tentang seberapa besar kadar cinta saudara terhadap sesama saudaranya.

Nabi Ismail. Dari hentak kaki mungilnya air zam-zam itu mengalir. Dari lengking tangisnya kekuatan seorang ibu bernama Siti Hajar itu terlahir.

Nabi Muhammad. Kepadanya seluruh alam bertunduk hidmat. Kepadanya segala tutur lembut itu disemat. Kepadanya cinta suci milik Khadijah diletakkan secara terhormat. Dan, kepadanya pula nasihat dan petuah menjadi jalan indah bagi Fatimah untuk melenggang ringan menuju surga.

Bagaimana? Apakah sudah cukup aku membacakanmu beragam kisah? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun