Diam-diam di jelang hari pernikahanku, aku kabur dari istana.
***
Bagi bangsa jin melakukan penyamaran itu sangat mudah. Kami bisa menyamar menjadi apa saja dan siapa saja.
Demikian juga dengan diriku. Untuk menghilangkan jejak, aku memilih menjadi manusia. Memakai pakaian ala manusia. Dan melakukan hal-hal selayaknya manusia.
Tentu saja sebagai manusia aku tidak ingin menciptakan sensasi yang menggegerkan. Semisal tiba-tiba menciptakan sebuah rumah mewah, atau semacamnya, yang membuat orang-orang di sekitarku menaruh curiga. Tidak. Aku tidak ingin melakukan itu. Aku harus memulai semua dari awal dengan cara yang wajar dan terlihat sangat normal.
Aku mengawali hidupku sebagai manusia dengan melamar pekerjaan di sebuah bar. Wajah cantik yang kumiliki merupakan modal utama untuk melancarkan semuanya. Tak ada kesulitan apapun. Aku diterima bekerja dan mulai melayani tamu-tamu yang datang berkunjung.
Sementara itu, untuk tempat tinggalku, aku mengontrak satu kamar di sebuah rumah kos tak jauh dari tempatku bekerja.
Terbiasa dilayani, sekarang harus bekerja keras dan melayani, sungguh merupakan suatu tantangan tersendiri yang mengasyikan dalam hidupku.
Sampai suatu malam, peristiwa tidak menyenangkan menimpa diriku. Seorang pengunjung pria, mencoba berbuat kurang ajar saat aku melayani minuman yang dipesannya. Pria itu berusaha menggerayangi tubuhku.Â
Tentu saja aku tidak membiarkannya.
Ketika tangan pria itu hampir menyentuh dadaku, sekuat tenaga aku meniupnya. Tiupanku serupa angin puyuh. Membuat tubuh pria itu terjengkang beberapa meter ke belakang, dan baru berhenti setelah terjeduk dengan keras pada dinding ruangan.