"Awas kau! Kalau aku bisa keluar dari botol ini, akan kutendang balik dirimu!" aku mengumpat Barnas habis-habisan. Sepertinya kali ini Barnas bisa mendengarku. Kulihat ia buru-buru mendapati botol yang ditendangnya, meraihnya kemudian mengamati isinya baik-baik.
Saat itulah mata kami saling bertemu.
"Astaga! Mahluk apa-an ini?!" Barnas terkejut bukan alang kepalang dan nyaris menjatuhkan kembali botol di tangannya.
"Tunggu dulu! Jangan main banting seenaknya. Aku ini jin perempuan. Namaku Nastiti. Kau boleh panggil aku Titi. Dan aku masih perawan. Tentu bahaya sekali bagi perawan jika mengalami guncangan hebat secara tiba-tiba!" aku memukul-mukul dinding botol yang bening transparan. Berharap Barnas melihatku sekali lagi.
Dan Barnas memang melihatku.
"Kukira sejak mengalami peristiwa buruk itu, otakku jadi agak miring. Berhalusinasi. Bisa-bisanya aku seolah melihat seorang gadis berwajah mengerikan meringkuk di dalam botol sekecil ini."
Pletak!
Barnas menjitak kepalanya sendiri. Berkali-kali.
Sementara aku, masih meringkuk dengan manis dan anggun di dalam botol.
Ya. Aku katakan sekali lagi. Aku meringkuk dengan manis dan anggun. Karena aku ini sesungguhnya adalah putri dari Yang Dipertuan Agung Raja Jin penguasa bawah tanah. Dan adalah hal yang wajar jika seorang putri di mana pun berada dituntut tampil manis, anggun dan bersahaja.
Lantas bagaimana bisa seorang putri sepertiku, calon penguasa kerajaan bawah tanah terkurung di dalam botol bekas minuman yang memabukkan itu?