Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cersil | Akhir Perburuan Kitab Kalamenjara [Tamat]

5 Oktober 2018   19:07 Diperbarui: 26 Desember 2020   05:37 2117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kitab berukuran sangat kecil yang terbuat dari lembaran-lembaran daun lontar itu kimpul-kimpul sampai jauh. Sesekali kitab itu terhenti, nyangsang di celah bebatuan. Tapi kemudian hanyut lagi ketika air sungai tiba-tiba mengalami pasang.

Apa sebenarnya isi dari Kitab Kalamenjara yang diperebutkan banyak pendekar itu?

Adalah Kebodarueng. Pendekar silat aliran hitam, guru dari Nini Surkanti sebagai pemilik sah Kitab Kalamenjara. Di dalam kitab tersebut tertulis bermacam-macam mantra, jampi-jampi, resep obat-obatan, cara meramu racun mematikan sekaligus penawarnya.

Lantas bagaimana kitab itu bisa berada di tangan Nini Surkanti?

Ceritanya sangat panjang. Ketika Nini Surkanti memutuskan untuk berguru kepada Kebodarueng, saat itu terbersit dalam hatinya untuk menguasai kitab tersebut. Tujuannya tidak lain, Nini Surkanti ingin memusnahkan pendekar bergelar Dewa Ambu Api itu agar tidak lagi merajalela di jagat dunia persilatan menyalahgunakan kesaktian ilmu yang dimilikinya.

Ketika Kebodarueng mengaku jatuh cinta padanya dan meminta perempuan itu menjadi istri simpanannya yang kesekian, kesempatan untuk mendapatkan kitab itu semakin besar. Dalam keadaan mabuk kepayang, Nini Surkanti berhasil membujuk Kebodarueng agar menyerahkan Kitab bertuah tersebut.

Nini Surkanti adalah sosok perempuan cerdas. Dengan cepat ia bisa menghafal mantra-mantra yang tertulis di dalam kitab yang berisi banyak kesaktian itu. Kebodarueng tidak menyadari, dalam keadaan birahi Nini Surkanti perlahan-lahan melucuti seluruh ilmu pendekar beringasan itu. Dirapalnya mantra-mantra peluntur ngelmu kadigdayan yang dimiliki Kebodarueng hingga laki-laki itu tergolek tak berdaya di atas pembaringan. 

Usai mengecup kening Kebodarueng yang hanya bisa menggerakkan kedua bola matanya, Nini Surkanti segera membebaskan perempuan-perempuan lain yang selama ini hidup sebagai gula-gula Kebodarueng. Dan Nini Surkanti sangat terperanjat. Di antara perempuan-perempuan yang dikurung di dalam sebuah kamar, ia menemukan sosok yang amat dikenalnya. Roro Saruem. Perempuan itu dalam keadaan hamil besar.

"Pendekar Dewa Ambu Api telah menculikku, Ni. Tapi syukurlah, ia belum sempat menyentuhku. Sebab ia tahu aku dalam keadaan mengandung," Roro Saruem menatap Nini Surkanti dengan mata menyurut. Antara gembira dan rasa takut.

Bisa saja Nini Surkanti waktu itu tidak ambil peduli dengan nasib Roro Saruem. Tapi itu tidak dilakukannya. Saat melihat perut buncit madunya itu, hati perempuannya yang paling dalam tersentuh. Maka serta merta ia mengajak pula perempuan yang telah merebut hati suaminya itu pergi meninggalkan padepokan Kebodarueng.

Di tengah perjalanan, Roro Saruem memegangi perutnya seraya mengerang kesakitan. Pada kedua kakinya merembes darah segar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun