Kembali ia meraba dadanya yang sakit. Lalu mendesah panjang. Teringat perjalanan hidupnya yang sangat pahit.
Ia lalu terkenang akan satu hal. Untuk menjadi murid Kebodarueng ia harus membayar harga teramat mahal. Bertahun-tahun demi mendapat ilmu kesaktian ia rela mengabdi kepada pendekar bergelar Dewa Ambu Api itu. Ia juga harus merelakan dirinya menjadi kembang pemikat cinta bagi lelaki yang terkenal beringasan itu.
Hari ini--beberapa jam yang lalu ia bertemu Ki Brojosamusti, suaminya yang puluhan tahun dikejarnya. Tapi mengapa dirinya tidak mampu bertindak garang? Bukankah selama ini ia ingin membunuh laki-laki yang sudah meninggalkannya demi perempuan lain bernama Roro Saruem itu? Mengapa tadi di hadapan laki-laki yang amat dibenci sekaligus dicintainya itu ia menjadi begitu lemah tak berdaya?
Perlahan Nini Surkanti beranjak dari duduknya. Menatap sejenak ke salah satu bilik yang pintunya terkuak sedikit.
"Kau masih belum tidur, Ni?" seseorang menegurnya dengan suara lemah. "Apakah kau menunggu Sri Kantil pulang?"
Nini Surkanti terbatuk sejenak. Kemudian dengan langkah terseok ia mendatangi asal suara.
"Kau sendiri, kenapa masih belum tidur, Saruem...?"
Bersambung. ke bag 4Â Kitab Kalamenjara Raib!
***
Malang, 28 September 2018
Lilik Fatimah Azzahra