Sementara dari balik punggung Ayah aku menatap sosok itu. Sosok yang selama ini kupanggil dengan sebutan Ibu.Â
Sosok itu kini diam. Â Tak bergerak di atas lantai.
"Apakah ia telah mati?" aku berbisik di telinga Ayah. Perlahan Ayah mengendurkan pelukannya. Pandangannya ikut tergiring ke arah sosok Ibu.
"Siapa yang melakukannya?" Ayah bertanya dengan suara tersendat. Ada lelehan darah mengalir dari tubuh Ibu, menimbulkan bau anyir.
Aku tidak menyahut. Aku hanya menunjukkan sesuatu ke tangan ayah.
"Siapa yang memberimu belati ini, Rita?" Ayah terjengah.
"Guru cantik itu Ayah. Bu Rita Anggraeni."
***
Malang, 09 Februari 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!