“Isinya bukan barang pecah belah, bukan?” tanyaku sebelum mengangkat salah satu peti.
“Oh, no! Kau tidak perlu khawatir,” orang itu menggeleng seraya tertawa lebar.
Satu persatu peti-peti itu kuangkut menuju mobil yang sudah menunggu. Kulihat mandorku, Pak Jhon, duduk manis di belakang setir.
Ini sudah peti ke empat. Tinggal satu peti lagi selesailah tugasku.
Baru saja hendak berbalik badan, tiba-tiba terdengar derap kaki beberapa orang disertai seruan yang bernada mengancam.
“Angkat tangan! Turun dari mobil! Hei, kamu, jangan mencoba lari. Kami bisa menembakmu!”
Polisi. Mereka mengacungkan senjata ke arah kami.
“Oke, beres! Target sudah kami ringkus!” salah seorang Polisi bicara lewat Handie Talkie.
Tubuhku seketika gemetar.
***
Aku ikut digelandang menuju markas Polisi bersama mandorku dan juga orang asing itu. Seorang Polisi muda menginterogasiku. Ia menatapku dengan pandang tajam.