"Bantuan tunai sudah turun," katanya
tapi siapa yang benar-benar merasa?
Aku bertanya bukan untuk menggugat,
tapi karena sesak mulai menyekat.
Apa arti demokrasi jika hanya pesta lima tahun sekali?
Lalu, sisa waktunya kami hanya dihitung sebagai angka dan janji?
Negeri ini, siapa yang punya?
Jika rakyat hanya jadi berita, bukan cerita.
Jika petani tetap miskin di tanahnya sendiri
dan guru digaji dengan harapan yang nyaris mati.
Tapi kami belum mati.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!