Malam kian larut
Suasana kian carut marut
Nyamuk kian ribut
Ikan pada meloncat ke tengah jalan
Anak-anak naik sampan gembira dengan candaan
Di mana rumah mereka?
Tak ada
Tenggelam
Banjir mandang menutup hingga atap
Lalu mereka tidur dimana?
Di mata, Bang
Begitu katanya
Mengapa tak sedih?
Padahal banjir sudah rendam atap rumah mereka
Sawah-sawah juga
Jalan desa terputus
Jembatan terbang hanyut seperti sampan
Mengapa tidak sedih?
Hahaha ....
Sedih hanya buat yang punya hati, Bang
Lihatlah mereka tak punya hati juga
Lalu, hanya kami yang disuruh lihat dan punya hati
Tak adil itu
Mengapa?
Hutan kami gundul
Sungai kami dangkal
Parit-parit berjuta dibuat
Seperti ular naga
Dimana air bisa bertahan
Lalu maumu apa?
Ya begini, Bang
Bermain air selagi banjir
Naik sampan sebelum jiwa kami hilang tuli dan tak mempan
Bantuan datang
Layaknya pahlawan
Ia paling berjasa
Padahal di hulu sana hujan guyur kebun mereka
Dalam kantor tertawa-tawa
"Ini waktunya kita buktikan, kita adalah pahlawan"
Akh, biar lah
Jika kiamat juga semua sama
Mati dan hancur tak bersisa
(Sungai Limas, 10 Juni 2019)