Desir angin masuk lewat celah ruang di rumahku
Bisikkan salam, kita hijrah
Samar aku dengar tak paham maknanya
Lalu, kubuka jendela
Hembusan angin datang menyapa
Lewat senyum terindahnya
Kita hijrah, waktunya sudah tiba
Aku bertanya dalam hati
Ada apa ini?
Lalu kubuka pintu rumahku lebar-lebar
Berharap ada tamu datang membawa kabar
Meja kutata rapi
Lantai kusapu bersih dari segala kotoran
Biasanya mereka berserak
Hingga pakaian lahir dan batin kotor
Tak sempat terpikir untuk sekedar mencuci
Ia datang, membaca sepucuk pesan
Aku baca perlahan
Lengkap sebuah pesan panjang
Isinya sama, kita hijrah sayang
Dari kotoran di mata
Melihat dengan penuh cela
Dari kotoran mulut mencaci menjelekkan sesama
Dari tangan jahat, menulis penuh ancaman dan kebencian
Waktunya hijrah,
Tak mungkin cukup harta pendapatanmu untuk mencuci bahkan dari lidah busukku
Hari-hari umbar jahat atas nama pembelaan
Atas nama dukungan
Kita hijrah, mumpung Ramadan
Bila ia lewat,
tak mungkin sempat
Mungkin hari ini wakunya bertobat
(Sungai Limas, 9 Mei 2019)