Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Nasruddin Hodja dan PKI

11 Juli 2020   08:46 Diperbarui: 11 Juli 2020   08:52 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Oke. Oke. Lalu kenapa kau kelihatan senang begitu?"

"Paling tidak ada tiga alasan kenapa aku senang"

"Apa itu?"

"Pertama, karena pertanyaan-pertanyaan lucumu. Kedua, kau menyaksikan sendiri bukan kepalaku bukan dari batu bata? Kepalaku masih tanah liat, besok-besok juga hancur. Agaknya beruntung aku di dunia tidak kebanyakan main api"

"Lalu yang ketiga?"

"Di sini tenang. Enggak ada yang ribut soal politik. Adem ayem enggak kaya di atas sana. Di negaraku, kalau lagi rame politik, ribut terus soal kebangkitan PKI. Padahal PKI kan mungkin Cuma bisa bangkit lagi di yaumul ba'ats. Mungkin bangkitnya bareng Masyumi, Murba, PSI, PNI, dll. Itu juga  kalau bangkit lagi. Soalnya di hari kebangkitan sudah enggak memerlukan undang-undang. Adanya Cuma hukum Gusti Kang Murbeng Dumadi, cuma sabdo Gusti Kang Moho Kuoso. Enggak bakal ada lagi TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1996 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia maupun Pasal 107 a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berkaitan dengan Kejahatan terhadap Keamanan Negara tentang Penyebaran Ajaran Komunisme/ Marxisme/ Leninisme. Ya soalnya mungkin Gusti Pengeran bakal gemas sama urusan cekcok politik. Ya Hodja, apakah engkau pernah tumon[1] orang habis bangkit -- semisal bangkit dari tidur, baru melek langsung bangkit berdiri sak-deg-sak-nyet langsung lari dan saling sikut rebutan kursi status quo? Apa enggak ngucek mata dulu, molet[2], hangop[3], lalu bangkit? Toh di hari kebangkitan kalau Tuhan membolehkan kita (yang dibangkitkan) ini bikin partai baru lagi atau membangkitkan partai yang lama, kan sudah enggak ada negara sebab semesta sudah tiada? Terus ada partai buat apa lagi coba? Terus lagi partai butuh bendera, lha mau nyablon dimana? Tukang sablon kan sudah meninggal semua?"

 

Sang Mullah tidak  berhenti tertawa terpingkal-pingkal, sebab sahabat yang baru wafat ini kalau ngomong ngapak - medok. Suatu logat yang yang unik, tidak ia temui di Aksehir.

 

"Ya Mullah, jangan keras-keras, di dunia orang lintang-pukang mengira kita setan. Nanti malah kita dimintai nomer togel."

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun