Sekolah yang membebaskan adalah sekolah yang:
Ramah Anak. Anak merasa aman, didengarkan, dan tidak takut salah.
Menghargai Proses. Nilai tetap penting, tapi usaha dan karakter jauh lebih utama.
-
Ruang Kreatif. Anak bisa bereksperimen, berdiskusi, membuat karya, bukan sekadar menghafal.
Seimbang. Ada ruang untuk belajar ilmu, olahraga, seni, bahkan sekadar tertawa bersama teman.
Berpusat pada Murid. Kurikulum fleksibel, memberi ruang anak mengekspresikan minat dan potensi.
Sekolah seperti ini bukan hanya mencetak murid pintar, tapi manusia utuh yang bahagia, percaya diri, dan siap menghadapi hidup.
Saat Sekolah Jadi Beban: Kisah Nyata yang Menyayat
Saya teringat seorang teman guru di pelosok. Ia bercerita tentang muridnya yang cerdas, tapi sering tidur di kelas. Bukan karena malas, melainkan karena malam harinya ia harus membantu orang tua mencari nafkah.
Namun apa yang dilakukan sistem? Tetap memberinya PR bertumpuk, tetap menilainya rendah, tetap mencapnya “kurang berprestasi.”
Bukankah itu "ironi"? Anak yang seharusnya dituntun malah diberi beban tambahan. Di sinilah kita harus berani berkata: pendidikan seperti ini bukan pendidikan bermutu.
Tugas Kita Bersama
Kalau bicara sekolah yang membebaskan, bukan berarti kita menolak disiplin atau ujian. Tentu anak tetap butuh struktur.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!