Mohon tunggu...
Eko Budi Wibowo
Eko Budi Wibowo Mohon Tunggu... Menulis jejak, merawat harapan, berbagi solusi.

Penulis independen yang lahir dari dunia infrastruktur, telekomunikasi, dan energi, namun percaya bahwa pembangunan tidak hanya soal beton dan kabel, melainkan juga tentang manusia, pendidikan, dan budaya. Menulis di Kompasiana sebagai ruang refleksi dan percakapan—menggabungkan analisis, cerita, dan harapan—untuk Indonesia yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan berdaulat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Yang Membebaskan, Bukan Membebani

25 Agustus 2025   06:00 Diperbarui: 24 Agustus 2025   18:55 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah yang membebaskan adalah sekolah yang:

  1. Ramah Anak. Anak merasa aman, didengarkan, dan tidak takut salah.

  2. Menghargai Proses. Nilai tetap penting, tapi usaha dan karakter jauh lebih utama.

  3. Ruang Kreatif. Anak bisa bereksperimen, berdiskusi, membuat karya, bukan sekadar menghafal.

  4. Seimbang. Ada ruang untuk belajar ilmu, olahraga, seni, bahkan sekadar tertawa bersama teman.

  5. Berpusat pada Murid. Kurikulum fleksibel, memberi ruang anak mengekspresikan minat dan potensi.

Sekolah seperti ini bukan hanya mencetak murid pintar, tapi manusia utuh yang bahagia, percaya diri, dan siap menghadapi hidup.

Saat Sekolah Jadi Beban: Kisah Nyata yang Menyayat

Saya teringat seorang teman guru di pelosok. Ia bercerita tentang muridnya yang cerdas, tapi sering tidur di kelas. Bukan karena malas, melainkan karena malam harinya ia harus membantu orang tua mencari nafkah.

Namun apa yang dilakukan sistem? Tetap memberinya PR bertumpuk, tetap menilainya rendah, tetap mencapnya “kurang berprestasi.”

Bukankah itu "ironi"? Anak yang seharusnya dituntun malah diberi beban tambahan. Di sinilah kita harus berani berkata: pendidikan seperti ini bukan pendidikan bermutu.

Tugas Kita Bersama

Kalau bicara sekolah yang membebaskan, bukan berarti kita menolak disiplin atau ujian. Tentu anak tetap butuh struktur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun