Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam yang Menikahi Gerimis

20 November 2021   08:57 Diperbarui: 20 November 2021   09:20 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malam yang menikahi Gerimis dokpri

Cemburu memandangmu. Mesra melihatmu. Bercumbu syahdu. Malam menjadi lelaki. Yang meminang sang putri gerimis.

Rintik bulir indah berkilau. Tengah malam saat tersenyap. Diam saling tunggu. Saat tafsir asmaraloka diterjemahkan. Dalam kitab langit bumi.

Hanya sebuah kedai kopi. Dipinggir jalan yang mulai sepi. Malam saja berani meminang gerimis. Kenapa aku hanya memeluk enigma. Yang dipermainkan ragu ragu. 

Kau tak bisa hadir, karena ku datang kemalaman. Tak nyaman perempuan keluyuran tengah sunyi. Walau aku ada, dibalik tembok kamarmu. Dekat, kita berbatas. Tapi kita Tak mampu bertemu.

Satukan rasa. Mantapkan jiwa. Seperti malam yang menikahi gerimis. Buang ragu, buang curiga. Syahdu itu milik berdua. Bukan menurut apa kata mereka. Kita yang jalani, kita yang nikmati.

Sendiri hanya siksa. Berdua lebih berdaya. Menyatu menyambut pagi. Yang setia mewarna lembar baru. Untuk kita yang sepakat. Jujur dalam harmoni. Menyusun nada nada hidup seirama. Aku dan dirimu.

Malang, 20 November 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun