Dinding batas. Harus kuterima. Jika cintaku sudah terlarang. Sekalipun ini tulus. Kupersembahkan untukmu. Tapi ini satu, dari seribu alasan menolakku.
Kau adalah yang terindah. Kau bisa terima kekuranganku. Kau selalu ada waktu untukku. Menanggapi curhatku. Sekalipun itu, tak penting.
Kau memberiku ruang. Tanpamu aku terlantar. Andai bisa, bawa pergi aku saja. Beres. Tak perlu aku mulai dari nol. Mencari yang lain. Karena andaipun ada, dia bukan dirimu.
Kuakui, bersamamu, aku cuma bahagia semu. Tiap hari, kupulang untukmu. Berkabar dalam gadgetmu. Tapi kau tak ada untukku. Cinta ini, sudah terlarang.
Sepanjang malam, sepanjang waktu. Kuberteman harapan. Tentang hadirmu. Tapi kau, kekasih virtual. Ada. Tapi tidak ada.
Jangan usir diriku. Andai nanti, aku datang bersama dia. Jangan marah padaku. Aku tak menduakanmu. Mundurmu mungkin agar aku melupakanmu. Dan aku bisa menyambut dia.Â
Cinta yang aneh. Yang ada, tak bisa kumiliki. Yang ada, tak bisa bersama. Yang ada, memintaku menerima yang tidak ada. Mencintai yang belum tiba.Â
Malang, 8 Mei 2021
Oleh Eko IrawanÂ
Ini versi musikalisasi puisinya