Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Resah

2 Desember 2020   19:56 Diperbarui: 2 Desember 2020   20:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri foto Eko Irawan

Kita bertemu. Tapi tak bisa bicara. Hanya saling pandang. 

Aku harus sembunyikan perasaanku. Kamu juga. Semakin hari, semakin terpendam. Tenggelam dalam waktu. Tersimpan dalam map map tak terselesaikan. Menumpuk. Tenggelam dalam diam. Terputus. Terbelenggu. Tak terurai. Dan membeku.

Resahmu, resahku juga. Gundahmu juga kurasa. Ini memang gejolak aneh. Diantara kita. Saat tak bisa bicara.

Semakin rapat apa yang kita hadapi. Hati hati menjaga perasaan ini. Semua harus kupahami. Gejolak yang tak bisa dimengerti.

Resah. Berontak. Kenapa harus terjadi. Seperti ini. Dalam tirai tirai besi. Yang membelenggu hati. Tak bisa bergerak lagi. Kecuali hanya diam dalam kepasrahan, terus menanti. Menunggu yang tak pasti.

Ini tentang panah panah api. Yang tertahan. Lama lama terbakar. Dalam kebingungan. Bagaimana ini.

Tak terselesaikan resah ini. Menahan rasa tanpa tujuan lagi. Kemana tak bisa pergi. Tertahan dalam lantunan sepi.

Tentang cinta tanpa tuan. Lagu tanpa lantunan. Nada dalam kesepian. Sunyi dalam keresahan. Puisi resah tanpa penyelesaian. 

Malang, 2 Desember 2020

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun