Paideia model ini mengacu pada filsafat Plato yang menekankan pada pembentukan karakter yang utuh, sebagai berikut:
- Penguatan rasio : artinya, pendidikan yang menekankan pada peningkatan kemampuan berpikir logis dan analitis. Dengan memiliki pemikiran yang logis dan analitis tentunya seseorang tidak akan mudah untuk melakukan korupsi, sebab ia tahu tindakan itu dapat merugikan banyak orang.
- Penguatan keadilan: artinya, memupuk rasa keadilan dan kejujuran. Dengan adanya kejujuran dan paham tentang keadilan, seseorang tentu saja tidak mudah melakukan korupsi.
- Sebab, mereka paham bahwa tindakan korupsi merupakan perilaku yang curang dan menyebabkan ketidak adilan untuk banyak orang.
- Disiplin keinginan: mengendalikan nafsu dan keinginan yang dapat memicu tindakan koruptif. Pengendalian diri ini penting untuk dimiliki setiap orang agar bisa berpikir ulang jika mau melakukan tindakan tersebut.
Mengapa Pendidikan Anti Korupsi Penting?
Model Plato menggambarkan bagaimana jiwa manusia dan proses pendidikan. Plato sendiri memandang pendidikan sebagai saran untuk mencapai keadilan, baik keadilan individu maupun sosial. Keadilan bagi Plato artinya pengembangan kemampuan individu secara maksimal.
Paideia model Plato juga dianggap sebagai proses pendidikan yang mengubah individu dari 'hewan' tahap awal menjadi warga negara yang baik (konsep res publica). Dalam model Plato juga dibahas mengenai alegori kereta kencana.
Alegori kereta kencana itu dilambangkan dengan gambar kereta kencana yang disertai dengan kusir dan dua kuda berwarna putih dan hitam. Kuda putih melambangkan thumos yang berarti semnagat atau keberanian.
Sementara kuda hitam melambangkan epithumia atau nafsu dan keinginan. Sedangkan kusir mewakili akal atau rasio, ini menunjukan bagaimana akal harus mengendalikan semangat dan nafsu untuk mencapai sebuah keadilan.
Kemudian, model Paideia Anti-Korupsi yang didasarkan pada filsafat Platon juga dapat dikembangkan melalui kerangka tiga unsur jiwa manusia. Di antaranya, sebagai berikut:
- Logos (Rasio/Akal Budi)
Manusia merupaka satu-satunya makhluk hidup yang memiliki akal. Oleh karena itu, kemampuan akal budi ini harus dioptimalkan untuk mengerti betapa pentingnya mempelajari pendidikan anti-korupsi sejak dini.
Melalui modelnya, Platon mengarahkan seseorang untuk bertindak berdasarkan pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran rasional.
Kemudian, Platon mengatakan, pendidikan anti korupsi bisa diterapkan di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia untuk mengajarkan siswa bagaimana cara berpikir kritis dan logis tentang korupsi. Seperti, penyebab, akibat, dan sistem yang mendukungnya.