Mohon tunggu...
Eka Maulidia
Eka Maulidia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi

Dalam Sukar, Hitunglah Kesyukuranmu. Dalam senang, Awasi kealpanmu setitik derita melanda , segunung karunia-NYA @UmmiNarsih..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Puasa Wajib, Syarat, dan Rukunnya

18 April 2021   20:39 Diperbarui: 18 April 2021   21:41 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Meskipun namanya sama akan tetapi setiap puasa masing-masing agama memiliki aturan yang berbeda. Islam sendiri memiliki kurikulum yang khas atau jelas yaitu menahan diri dari makan dan minum dan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari lillahita'ala. Sedangkan agama lain ada yang berpuasa berhari-hari ada juga yang berpuasa hanya dalam hal makanan makanan yang disukainya saja seperti orang menyukai daging maka puasanya adalah puasa tidak makan daging tetapi masih banyak makanan lainnya.

Kata Puasa Sendiri dalam bahasa Arab disebut shaumun atau shiyamun, artinya menahan diri dari. Seperti firman Allah di dalam Alquran dalam Surah Maryam yang artinya "sesungguhnya aku Maryam telah bernazar berpuasa tidak bicara untuk Allah yang maha pemurah maka aku tidak akan berbicara dengan seseorang manusia pun pada hari ini. Orang yang diam tidak berbicara disebut shaa'im yang artinya ia sedang menahan diri dari perkataan

Sedangkan Dalam istilah Islam puasa atau saum berarti sesuatu bentuk ibadah berupa menahan diri dari makan dan minum hubungan seks dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat tertentu, menahan dari segala sesuatu yang menyebabkan batalnya puasa bagi orang islam yang berakal, sehat, dan suci dari haid dan nifas bagi seorang muslimah.

  • Makna Puasa

Setiap ibadah yang disyariatkan Allah kepada umat manusia pasti mengandung manfaat, yakni berupa manfaat langsung maupun tidak langsung Apakah itu manfaat dunia ataupun akhirat. Seperti halnya dengan ibadah puasa Allah menempatkan ibadah puasa ini sebagai ibadah yang sangat istimewa. Karena sangat begitu istimewa Allah bahkan merahasiakan pahala bagi orang yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad Saw, sebagaimana yang disampaikan Abu Hurairah, membacakan sebuah hadis qudsi terkait puasa:

"Allah Swt berfirman, puasa itu untukku dan Aku yang akan langsung mengganjarnya. Seseorang mengabaikan syahwat, keinginannya untuk makan dan minum hanya karena Aku. Puasa merupakan tameng. Ada dua kebahagiaan orang yang berpuasa: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu Tuhannya. Aroma mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak Misik." (HR. Al-Bukhari)

Dari hadis di atas dapat kita petik hikmahnya,bahwa barang siapa yang istiqomah berpuasa, dengan arti ia mengendalikan hawa nafsu, syahwat dan kehendaknya kepada maksiat hanya karena Allah Swt, maka bersiap-siaplah untuk merasakan kebahagiaan yang luar biasa kelak di Hari Kiamat.

Tidak berhenti sampai disini,bahwa makna puasa sendiri yang perlu kita ingat bahwa berpuasa tidaklah sebatas hanya menjaga nafsu dan syahwat namun lebih dari itu berpuasa adalah menjaga diri agar tidak melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah seperti berbohong menggunjing mengadu domba sumpah palsu dan melihat dengan syahwat.

Karena sejatinya dari mulut orang berbohong keluar bau yang sedemikian besarnya sehingga mengganggu para malaikat sampai ke langit yang ke-7 dan bau busuk Neraka adalah juga sebagian akibat tumpahan dusta dan fitnah para penghuninya. 

Sedangkan dosa yang lebih berat dari dusta dan gibah adalah tuhmah (menuduh) karena tuhmah mengandung dosa dusta dan ghibah sekaligus. Singkatnya bahwa ghibah adalah berkata benar namun tetap saja membicarakan kejelekan orang lain, sedangkan dusta adalah berkata bohong meski tidak membicarakan kejelekan orang lain Adapun orang yang melakukan atau menuduh berarti pada saat yang sama dia dan membicarakan kejelekan orang lain.

Alangkah ruginya jika selama 30 hari di Bulan Ramadhan kita hanya melewatkan waktu tersebut dengan sia-sia bahkan hanya merasakan haus dan lapar saja. Maka dari itu ketika bulan Ramadhan tiba, belajar untuk memperbaiki diri karena bulan Ramadhan merupakan madrasah untuk latihan berbuat menjadilebih baik, sehingga kebaikan itu juga lahir setelah Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun