Mohon tunggu...
Ega Aura
Ega Aura Mohon Tunggu... Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, Penerima Manfaat Beasiswa 1000 Da'i BAMUIS BNI

"We are captives of what we love, what we desire, and what we are", -Mahmoud Darwish

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Gibran Rakabuming MVP Debat Cawapres 2024?

10 Januari 2024   21:33 Diperbarui: 10 Januari 2024   22:18 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gibran Rakabuming MVP Debat Cawapres 2024?

Debat cawapres perdana 2024 yang dilaksanakan pada 22 Desember 2023 lalu menjadi trending topik nomor 1 dikolom explore twitter Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa debat cawapres 2024 akan diadakan dalam 5 sesi dengan format, pertama untuk debat calon presiden, kedua untuk debat calon wakil presiden, ketiga untuk debat calon presiden, keempat untuk debat calon wakil presiden dan kelima untuk debat calon presiden. Setelah debat cawapres pertama dilaksanakan, Twitter turut ramai dan panas oleh cuitan-cuitan brutal netizen. Podium debat serasa pindah ke Twitter jadinya.

Sebagai Gen Z dan pengguna X atau Twitter, menjadi bagian dari pesta demokrasi yang sehat untuk pemilu 2024 mendatang menjadi hal yang sangat penting bagi saya. Kedua hal ini rupanya memiliki efek yang sangat besar bahkan sampai ketahap penggiringan opini publik. Gimana nggak menggiring opini? Banyak, kok, orang-orang yang pindah haluan gara-gara sabda Twitter.

Sebagai bagian dari perkembangan demokrasi di negri kita tercinta ini, Gen Z yang katanya generasi sandwich atau generasi strawberry ternyata mendominasi jumlah pemilih dalam pemilu mendatang bersama dengan generasi milenial dengan persentase sebanyak 56,45% atau lebih dari 113 juta dari total pemilih keseluruhan. Walaupun hal ini tidak menjamin kualitas pemilih itu sendiri, tapi faktanya suara Gen Z juga akan sangat berpengaruh, kan? 

Melihat kaitannya dengan debat cawapres yang kemarin berlangsung, penggunaan media sosial seperti X atau Twitter saya rasa cukup praktis dan efektif sebagai salah satu wadah penyebaran informasi dan verifikasi data juga fakta. Ya tergantung kebijakan kita sebagai pembaca dalam memilih sumber data saja. 

Dan saya rasa juga sepertinya anak muda sekarang lebih tertarik buka Twitter untuk cari meme dibanding buka portal berita bacain drama sosial yang nggak selesai-selesai. Fitur-fitur dan trend yang ada dalam aplikasi X atau Twitter sendiri seperti fitur Space dan trend meme juga amat sangat approachable dalam menarik minat dan empati pengguna lain, sehingga informasi cepat tersebar dan dapat dengan mudah mempengaruhi opini orang lain.

Salah satu topik yang cukup menarik bagi saya adalah, statement 'Debat cawapres, Gibran MVP-nya'. Gibran Rakabuming, setelah semua kontroversi MK-nya dan banyak orang yang meragukan kapabilitasnya sebagai cawapres termuda, dalam laganya bersama 2 pendebat lain terlihat boleh juga bahkan bisa dikatakan mendominasi. 

Dalam beberapa pernyataan Gibran mengumandangkan dengan lantang dan percaya diri visi serta misinya disertai dengan gesture dan bahasa tubuh yang meyakinkan. Seperti saat mengatakan, "Saya ingat dulu Gus Muhaimin sempat ikut meresmikan dan potong tumpeng di IKN". Salah satu moment LIT Gibran menurut saya. Penonton bersorak dan tertawa getir. Cak Imin ketar-ketir. Memang betul ada rekam jejak digital ia potong tumpeng dititik nol IKN Nusantara pada 20 April 2022.

Gibran MVP?

 

Lalu apakah Gibran pantas digelari MVP pada debat ini? Penampilannya dalam debat kemarin tentu diluar perkiraan semua orang yang sudah meng-underestimate seorang Gibran. Orang yang direndahkan karena usia dan pengalaman, dianggap tidak bisa apa-apa, underdog mentality, ternyata mampu melahirkan meme legend yang saat melihatnya tak henti-hentinya saya tertawa; "el sulfat is cooking". Tapi mari kita membawa laman Twitter kemari sejenak. Apakah data-data yang disampaikan Gibran dalam debat cawapres kemarin kredibel? Apa benar keunggulannya dalam menyela dan menampik pendebat lain adalah bukti betapa ia ahli dalam hal retorika? Layakkah Gibran digelari MVP pada debat cawapres kemarin?

Jika mengacu pada cuitan-cuitan dilaman media sosial X atau Twitter, menurut judgment dari yang mulia netizen, beberapa data yang dipaparkan Gibran ternyata tidak kredibel alias tidak sesuai dengan fakta. Meski penampilannya terlihat all-out dan menguasai panggung, netizen menilai pernyataan-pernyataannya lemah di substansi dan data yang dipaparkan adalah data bodong.

Seperti contohnya data terkait APBN proyek di Solo. Gibran membantah bahwa ia menerima anggaran lebih besar dari pemerintah pusat untuk pembangunan di Solo. Tapi faktanya, selama ia menjabat sebagai walikota, Solo merupakan kota dengan nilai dan jumlah proyek terbesar diantara empat kota serupa yaitu Cirebon, Malang, Madiun, dan Tasikmalaya. Yang mana nilainya mencapai lebih kurang Rp2 triliun dengan 32 proyek.

Kalimat ini ditekankan. Selama ia menjabat sebagai walikota Solo.

Selain data, target cawapres dari paslon nomor urut 2 ini untuk menaikan rasio pajak menjadi 23% juga menurut Mahfud tidak masuk akal.

Penaikan rasio pajak hanya bisa dilakukan apabila penerimaan pajak juga ditingkatkan. Kita semua tau bahwa rasio pajak digunakan untuk mengukur kinerja penerimaan pajak suatu negara. Akan tetapi diluar dari segala aspek penting diperlukannya pajak dalam suatu negara, apabila kita mengacu pada fungsi budgetair, dengan rasio pajak sebesar itu, memangnya apa sih yang akan dilakukan Prabowo-Gibran?

            

 

Gibran: SGIE dan CCS

 

Tidak hanya soal data yang miring dan target raksasa, Gibran juga unjuk gigi lewat pertanyaan-pertanyaan menternya. Umpan jitu untuk mengecoh lawan yang sepertinya pernah kita saksikan pada debat capres 2019 lalu.

 

Salah satu pertanyaan Gibran dalam debat cawapres kemarin yang cukup menarik banyak perhatian adalah pertanyaannya tentang SGIE. Bagaimana SGIE (State of The Global Islamic Economy) di Indonesia, ditanyakan Gibran ke Cak Imin pada sesi tanya jawab. Es-ge-i-e katanya. Siapa yang tidak bertanya dua kali dengan pertanyaan semacam ini? Jika ada kesempatan, barangkali saya akan bertanya begini pada Gibran, "Bagaimana anda menangani SARA (baca : es-ei-ar-ei)?".

 

Hal yang lucu adalah ketika saya menemukan sebuah survey empiris terhadap respon netizen di Twitter.

 

twitter.com/hipohan
twitter.com/hipohan

Data ini diambil dari akun pers Drone Emprit. Ditinjau dari respon pengguna Twitter terhadap statemen Gibran tersebut. Sebanyak 25,368 dari 35,539 mentions menyatakan respon sentimen negatif terhadap pertanyaan SGIE Gibran. Lebih dari 50% mentions menyatakan bahwa pertanyaan yang dilontarkan Gibran ini sepertinya hanya untuk menjebak Cak Imin, pola yang sama seperti debat beberpa tahun yang lalu, bukan?. Apakah data ini penting? Oh, sangat penting bagi netizen bermazhab non-substansial. Yang penting heboh, rame, orang-orang tepuk tangan, jadilah ia paling super dimata netizen model begini.

Pertanyaan serupa juga dilontarkan Gibran untuk cawapres nomor urut 3, Mahfud MD. Gibran bertanya mengenai regulasi untuk Carbon Capture and Storage (CCS). Tapi malah dijawab dengan penjelasan mengenai proses pembentukan perundang-undangan. Memang agak lain sih jawaban Pak Mahfud ini tapi saya juga kalau ditanya soal carbon capture mungkin bakal menjawab dengan penjelasan kenapa kentut sapi bisa merusak lapisan ozon, kecuali kalau pertanyaannya adalah, bagaimana regulasi untuk penangkapan dan penyimpanan emisi gas rumah kaca. Mungkin Pak Mahfud belum belajar sampai bab itu dan mungkin Gibran sendiri belum tentu paham kalau ditanya soal carbon capture.  

 

Kenapa sih Gibran?

 

Pada akhirnya pertanyaan kita bersama adalah, apa goal seorang Gibran Rakabuming? Benarkah hanya mempresentasikan anak muda? Membawa perubahan lewat hilirisasi digital yang ia sebut-sebut? Benarkah, Gibran Rakabuming, dengan trobosan-trobosannya mampu mewakilkan keresahan kami dan menjamin industri digital dimasa depan akan berpihak pada generasi ini? Atau kita akan lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya terbuai oleh janji pemangku kuasa? Melihat Gibran Rakabuming berdiri dengan gagahnya, berbicara dengan lantang didepan podium, berada satu panggung dengan orang yang selama ini kita lihat bermain dalam teater politik Indonesia, membuat kita berdecak kagum, untuk kemudian mengingat dengan apa dia bisa berada disana.

Mungkin Gibran mengilhami perkataan Sutan Sjahrir, "Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan". Barangkali itulah yang diinginkan Gibran. Berlari menuju gawang. Tak peduli meski offside, melanggar peraturan. Selama ia bertanding dilapangan milik ayahnya, Gibran akan terus berlari. Toh yang memegang pluit pun adalah pamannya. Yang mana quotes Sutan Sjahrir ini juga saya artikan dengan, "Bertaruhlah dengan segala yang kau punya. Tapi saat yang tersisa adalah harga diri dan martabat, maka pastikan yang kau pertaruhkan sepadan dengan itu".

 

Drama MK. Pembangunan Solo yang melesat. Gibran ini memang representasi emas anak muda atau hanya anak presiden saja?. Begitulah dosa-dosa Gibran yang dilihat mata manusia. Beragam pertanyaan muncul diotak kecil saya, jika cita-cita mulia memang tujuannya, lantas apa hal itu dapat menjustifikasi cara mereka mencapai tujuan? Apakah tak tersisa satupun manusia baik hati dan jujur untuk Indonesia yang diperjuangkan ratusan tahun oleh para pahlawan? Siapa yang harus menghakimi hakim yang tidak hakim? 

 

Kalimat Mahmoud Darwish itu memang benar adanya."We suffer from an incurable malady : Hope". Sesungguhnya harapanlah yang membuat kita membaca, memahami, dan berjalan. Menaruh harap pada mereka yang duduk diatas mahligai politik, memujanya seolah-olah kita hidup dibawah langit yang berbeda. Bukti hipokrasi dunia ternyata berada jelas sekali didepan hidung kita. Tapi tidak tercium baunya. Kenapa? Karena kita menaruh harap pada kemunafikan. 

 

Apakah Gibran Rakabuming MVP debat kali ini? Jawabannya tergantung pada algoritma Twitter, Instagram, dan Tiktok anda. Bagi saya, tidak juga.   

 

         

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun