Kedua, menyusuri perairan danau dengan kapal wisata guna merasakan langsung denyut danaunya. Menikmati percikan air danau yang terbelah oleh deru kapal memberikan sensasi berbeda. Ketiga, beristirahat di hotel yang representatif berlokasi di pinggiran danau untuk menikmati pesona alam dan sejuknya hawa danau.
Dalam kunjungan yang singkat ke Danau Toba via Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara menuju Balige Kabupaten Toba Samosir, saya bisa melihat dan merasakan bagaimana keberadaan sarana dan infrastruktur yang menunjung kehadiran wisatawan ke Danau Toba. Yang pertama, tersedianya sarana bandara bagi wisatawan yang datang menggunakan transportasi udara yakni Bandara Internasional Silangit di Tapanuli Utara.
Kedua, infrastruktur jalan yang memadai dari Tarutung menuju Balige bagi wisatawan yang menempuh jalur darat. Menyusur jalur daratsejauh 52 KM Â tersebut, kita dimanjakan dengan pemandangan alam serta potret kehidupan masyarakat dengan tradisi budaya Batak yang kental.
Ketiga, tersedianya sarana penyeberangan danau berupa kapal wisata untuk mengantar wisatawan yang hendak melihat secara dekat Danau Toba. Keempat, tersedianya sarana hotel bagi wisatawan yang hendak menginap di lokasi wisata. Saya sempat kaget melihat hotel yang saya tempati sangat besar dan representatif berada di pinggiran danau.
Kunjungan yang singkat tentu saja belum memuaskan dahaga wisata mengingat masih banyak spot wisata alam dan budaya Danau Toba yang perlu dikunjungi dan dieksplor. Di Pulau Samosir misalnya, ada destinasi Kebun Raya Samosir yang layak untuk dikunjungi. Saya berharap kelak dapat kembali ke Danau Toba untuk mengunjungi spot tersebut.
Penguatan Paradigma Masyarakat
Penetapan DSP Toba yang bertujuan menghadirkan Bali baru pada destinasi wisata tersebut, sejatinya menjadi keuntungan bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten di kawasan Danau Toba. Dukungan program dengan liding sektor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan berdampak pada pendapatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat lewat sektor pariwisata.
Pertanyaannya, sudah siapkah masyarakat Sumatera Utara mensukseskan DSP Toba guna menghadirkan sebanyak banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba kelak, terutama jika pandemi corona telah berlalu. Disinilah peran Masyarakat, Pemda, Pelaku Wisata serta Kementerian terkait bersinergi dan bekerjasama menjadikan DSP Toba sebagai sektor unggulan.
Sinergi bertujuan agar pengelolaan DSP Toba dapat dilakukan secara holistik berorientasi berkelanjutan. Untuk di hulu, keberadaan penyangga danau berupa pohon Kemenyan atau Haminjon serta tanaman Hortikultura berupa Kopi, harus dijaga dan dilestarikan agar daya dukung terhadap danau tetap lestari. Jika hulunya bisa dilestarikan, maka akan menjadi spot spot untuk pengelolaan Ekowisata maupun Agrowisata yang menarik minat wisatawan.
Sementara di hilir keberadaan sarana dan prasarana, pelayanan terpadu, serta berbagai ivent wisata harus disiapkan dan dikelola secara profesional. Ini hanya hanya bisa terwujud jika paradigma masyarakat tersadarkan dalam pengelolaan wisata, sehingga tergerak menjadi ekosistem pariwisata yang egaliter dan berkualitas.