"Tao Ming Se jangan mendesakku!"
"Tapi...."
"Aku pikir...."
"Kamu pikir apa?"
Shancai menyusut airmata yang menitik di pipinya. Diuraikannya simpul bibir. Tersenyum di antara isak tangisnya.
"Kamu belum percaya...."
"Kamu mencintaiku tulus, aku tahu dan percaya itu. Tapi, aku pikir kita tidak mungkin dapat bersatu...."
Wajah tampan itu mengeras. Sontak sepasang tangannya yang sedari tadi menyampir di bahu Shancai terlepas. Ia menggeleng samar.
"Takdir?"
Shancai memejamkan matanya di ujung kalimat sinis Tao Ming Se. Mungkin takdir merupakan biang pelantak hubungan mereka berdua seperti yang diucapkan pemuda itu barusan. Entahlah. Yang pasti ia merasa cinta mereka berdua sejak awal memang tidak direstui.
"Tao Ming Se, kamu jangan menganggap aku tidak pernah serius dengan hubungan kita ini. Aku juga punya mimpi untuk dapat bersama denganmu. Selama-lamanya. Tapi...."