Akuntansi koperasi desa menonjolkan gotong royong.
Akuntansi spiritual menekankan keseimbangan antara materi dan batin.
Karena itu, realitas akuntansi bersifat plural dan kontekstual, bukan universal. Tidak ada satu sistem akuntansi yang benar untuk semua budaya; semuanya merupakan ekspresi dari kehidupan manusia di konteksnya masing-masing.
Perbedaan ini membuktikan bahwa akuntansi bukan sistem universal, tetapi ekspresi budaya. Ia berubah sesuai dengan nilai-nilai masyarakat yang mempraktikkannya. Karena itu, hermeneutika menolak pandangan tunggal tentang akuntansi dan membuka ruang bagi pluralitas makna.
3. Aksiologi Hermeneutik: Nilai, Empati, dan Moral di Balik Angka
a. Dari Pengetahuan Menuju Nilai
Bagi Dilthey, memahami kehidupan tidak cukup dengan mengetahui, tetapi juga harus menghayati nilai yang terkandung di dalamnya. Aksiologi hermeneutik berfokus pada pertanyaan : apa makna dan nilai dari pengetahuan itu bagi manusia?
Dalam akuntansi, ini berarti bahwa laporan keuangan bukan sekadar alat ukur kekayaan, tetapi juga sarana untuk mengekspresikan tanggung jawab, kejujuran, dan nilai kemanusiaan.
Aksiologi ini mengubah orientasi akuntansi dari sekadar “menghitung benar” menjadi “berbuat benar”. Ia menuntut agar setiap proses akuntansi didasarkan pada kesadaran etis, bukan hanya kepatuhan teknis.
b. Nilai Kehidupan (Lebenswert) dalam Akuntansi
Nilai adalah dimensi batin kehidupan yang memberi arah pada tindakan manusia. Setiap praktik akuntansi selalu mencerminkan nilai tertentu :