Empati memberi kedalaman pemahaman.
Moralitas memberi makna etis pada hasilnya.
Ketika ketiganya bersatu, akuntansi berubah dari sekadar alat ekonomi menjadi praktik moral kehidupan, yaitu cara manusia berkomunikasi tentang tanggung jawab dan kebaikan.
Ketiganya membentuk fondasi etika hermeneutik, di mana akuntansi dipahami sebagai praktik komunikasi moral antara individu, organisasi, dan masyarakat. Inilah yang membuat akuntansi menjadi sarana untuk menemukan kebaikan hidup (Lebenswert) melalui kejujuran dan tanggung jawab.
4. Sintesis Filosofis Akuntansi Hermeneutik
Hermeneutika Dilthey mengajarkan bahwa akuntansi bukan hanya tentang angka dan laporan, melainkan tentang kehidupan manusia yang mengekspresikan dirinya melalui simbol ekonomi. Sintesis ini dapat dirangkum sebagai berikut :
Epistemologis — Akuntansi bukan hanya pengetahuan objektif, tetapi juga hasil pemahaman batin.
Ontologis — Akuntansi adalah ekspresi kehidupan manusia, bukan realitas mati.
Aksiologis — Akuntansi membawa nilai, empati, dan moralitas sebagai inti maknanya.
Dengan demikian, akuntansi hermeneutik berusaha mengembalikan ilmu ini ke akar kemanusiaannya. Ia menolak dehumanisasi yang menjadikan manusia sekadar data statistik, dan menegaskan kembali bahwa setiap angka memiliki cerita, makna, dan jiwa di baliknya.
So What : Apa Makna Pendekatan Hermeneutik bagi Akuntansi Masa Kini?