Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dari Milan ke Venesia, di Antara Jejak Mode, Roman Lara, dan Kota Penuh Cinta

13 Februari 2022   22:22 Diperbarui: 5 Maret 2022   13:45 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdiri sejenak di dermaga perahu gondola saat pagi masih berkabut | Foto dok pribadi

Semuanya seperti seirama dengan disematkannya kota Milan sebagai salah satu kiblat mode dunia. Padu padan gaya berbusana sudah menjadi DNA hidup keseharian masyarakatnya.

Tidak lama waktuku mengeksplorasi Milano Centrale yang berdiri sangat gagah seperti penjaga kota Milan. Terlihat olehku di papan pengumuman elektronik besar yang mengharuskanku untuk segera bergegas menaiki platform kereta sesuai dengan yang  tertera di tiket untuk seterusnya menuju stasiun kereta terakhir Venezia Santa Lucia, sebuah city of canals di tepian laut Adriatik.

Tak seberapa lama kemudian pintu kereta ditutup dan informasi disampaikan dalam bahasa italia yang  terdengar khas. 

Kereta bergerak meninggalkan Milan. Di bagian kiri dan kanan mulai terlihat pemandangan rumah-rumah yang didominasi oleh warna cat kuning telur. Cuaca sore itu sepertinya berubah ekstrim.

Sore menjelang senja, di luar kereta tampak cuaca sedikit redup ke arah gelap. Kabut musim dingin sepertinya sedang turun menyelimuti tanah bumi, sedangkan perjalanan terus mengarah ke timur. 

Terdengar olehku kereta telah berhenti beberapa kali di peron yang berbeda kota. Daun-daun meranggas. Sedang pohon-pohon berkayu berwarna coklat kehitaman masih tegak berdiri karena harus kuat menahan hantaman cuaca dingin siang malam tanpa henti. 

Selanjutnya perlahan serpihan salju tampak turun melayang-layang lembut menyentuh apa saja yang ada di permukaan bumi. 

Sesekali tampak kebun anggur yang hanya tinggal lilitan dahan menghitam tanpa sehelai daun pun di penyangga buatan yang juga secara perlahan mulai tertimpa serpihan salju yang putih bersih itu.

Tiba-tiba pengumuman dari audio pengeras suara kereta menyebutkan satu kata yang mengingatkanku akan sesuatu.

Verona, ya kata Verona. Aku berusaha mendongakkan kepala mendekati jendela untuk sebisa mungkin dapat mengintip keluar. Tetapi sepertinya alam senja itu sepakat dengan kisah cinta muda mudi Romeo dan Juliet yang berakhir dengan duka lara. 

Sampai saat ini Verona sebuah kota bersejarah itu masih banyak dikunjungi banyak orang untuk melihat situs lokasi dan balkon rumah Juliet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun