Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Mati (16 Prahara dan Memanggil Semangat)

31 Januari 2022   06:43 Diperbarui: 31 Januari 2022   13:14 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dengan pictsart

Alangkah terkejutnya Datuk Emran yang juga tetanggaku saat melihatku tertidur pulas dipelataran bangunan kayu nibung yang disusun menyerupai lantai tersebut. Disampingku tampak tergolek lemas Udde adik laki-laki. Aku segera dibawa kembali ke kampung untuk diberikan air tawar yaitu air putih yang telah dibacakan ayat-ayat suci dan serapah yang biasa digunakan oleh masyarakat kampungku dalam pengobatan. Aku merasakan lemas tiada tara tetapi jiwaku terasa kembali lega tanpa beban.

Diceritakan kepadaku oleh orang-orang kampung saat aku kembali, bahwa emak memanggilku di lubang mulut tempayan yang air setengah penuh selama 3 hari terakhir setiap sore menjelang maghrib. Dengan memekikkan namaku beberapa kali sehingga menimbulkan gema didalamnya. Hal itu ditujukan semangatku kembali kediriku serta menyadari keadaanku saat berada dibawah pengaruh kekuatan-kekuatan yang tak kasat mata yang selama ini telah melingkupi kesadaranku. Disaat emak memanggil namaku secara berulang itulah rasanya aku ingin segera kembali kekampung. Muncul rindu yang sangat kuat kepada emak. Tetapi tarikan untuk aku tetap saja yang berada di istana dengan kelengkapan fasilitas sangat melenakan juga bukan suatu perkara yang gampang diatasi.

Aku beruntung bisa kembali karena banyak yang kudengar cerita orang-orang kampungku terdahulu yang hilang mendadak saat pergi ke pulau dan sampai kini tiada kabar berita.

Tetapi kejujuran, niat baik dalam membantu orang lain serta kekuatan doa emaklah lah yang membuatku dapat kembali ke kampungku dan berada disisi emak yang telah berjuang tanpa lelah siang dan malam agar anak-anaknya kembali kepangkuannya.

Kemudian saat ini adalah waktu terindah untuk Tanjung Buih yang sebelumnya penuh luka. Ternyata disaat aku hilang beberapa hari ayah yang bekerja di PeTe dan kakak perempuanku yang bekerja dari negeri tetangga telah kembali. Merekalah yang telah menemani emak disaat ia sangat terpuruk kehilanganku. Tuhan sang maha mengatur sungguh adil kehidupan mahluknya.

############

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun