Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (8. Rumor di Kota)

26 Januari 2022   14:59 Diperbarui: 26 Januari 2022   15:01 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat sendiri dengan pictsart app

Pada awal malam, aku tidak tahu bahwa yang hadir di Harmonie ini terutama perempuan pribumi yang berkulit coklat, apakah mereka istri-istri petinggi yang sah atau nyai-nyai pribumi yang masih dianggap tiada bagi kerajaan Inggris, meski faktanya mereka sangatlah dibutuhkan. 

Mereka berlalu lalang dengan pakaian-pakaian terbaiknya. Pakaian mereka terutama bergaya Eropa dimana jas dipakai oleh para pria dan wanitanya berpakaian dengan gaya masa kini.

Ruangan terlihat sesak dan penuh, karena semua wanita yang hadir memakai pakaian  dengan korset ketat, crinoline[1], topi bundar lebar dengan bulu burung berbagai warna serta tidak lupa sarung tangan dan kipas. 

Wanita-wanita tersebut seperti berlomba untuk tampil dengan sangat sempurna ditambah tatanan rambut yang disanggul keatas. Tetap sangat sedikit wanita Eropa disana. Aku justru masih berharap Mayang ada diantara mereka yang berseliweran kesana kemari. 

 Beberapa wanita melanjutkan dengan berdansa. Setelah menjelang tengah malam hampir mereka kembali dengan pasangannya dikediaman masing-masing. 

Dan yang tertinggal adalah perempuan-perempuan yang dengan sengaja dipersiapkan untuk menemani petinggi-petinggi yang ingin menikmati malam sambil minum-minum dan berdansa sampai menjelang pagi. Mereka dibayar khusus untuk membuat senang dan betah petinggi-petinggi yang sedang bertugas di Batavia itu. Didalam sana termasuklah aku.

 Malam itu banyak sekali orang-orang yang menghadiri pesta dansa. Ruangan terasa sesak penuh oleh setiap orang yang ingin menghibur diri. Tidak hanya pejabat-pejabat tinggi Eropa saja yang hadir, tetapi juga orang-orang kaya pribumi merupakan kaki tangan penguasa Inggris saat ini.  Terlihat juga orang-orang dengan wajah Asia, biasanya mereka adalah pedagang yang berasal  dari Cina, Jepang dan Arab.

 Malam semakin larut. Pesta dansa tambah meriah. Semua orang tampak larut dalam kemeriahan pesta. Kuharap tidak ada perkelahian malam ini.

  "Silakan berdansa dengan gadis-gadis itu, Tuan Stewart!," ajak beberapa kolegaku menunjuk beberapa gadis yang duduk berseberangan agak jauh dengan kami. Beberapa petinggi kerajaan lainnya sepertinya tidak sabar mengajak beberapa gadis pribumi melantai untuk menari dengan gadis-gadis pribumi. Dibawah temaram lampu ruangan semua terlihat cantik dan menarik dan beberapa diantara mereka terlihat menonjol kecantikan Asianya.

 Rata-rata rambut gadis itu terlihat seperti di sanggul rapi. Berkulit coklat dan bermata hitam bulat, bergaun layaknya perempuan-perempuan Eropa.  Warna pakaiannya dominan putih. Mulai bagian pinggang kebawah sekelilingnya tampak melebar, sedang pada bagian perut dan dada terlihat sangat sempit dan langsing lengkap dengan tali temali dibagian punggungnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun