Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terperangkap dalam Rantai Makanan

17 Juni 2019   16:00 Diperbarui: 17 Juni 2019   16:08 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Geliat padi berbulir di pagi berembun. Menemani koloni tikus yang kelaparan. Melahap serat hijau makanan. Demi perut kosong yang sudah tak bisa ditahan. Membuat petani berang.


Lidah bercabang mulai mengendus dari semak belukar. Rayapan perlahan lagi tenang mencari incaran. Mata tajam memandang sekitar. Rahang-rahang kokoh siap menerkam.


Aroma pemangsa mulai menyebar. Sekelompok tikus gelisah melihat sekitar. Berharap diberi waktu lama untuk menikmati santapan. Sebelum ajal datang menjemputnya pulang.


Ular bersembunyi di balik batang padi. Menatap sasaran sambil mengendap, mendekat. Mencari cela saat pemangsa lengah. Segera menghampiri lalu melahap. Hap.... Tikus sial terjebak diantara taring dan rahang lebar.


Cakar elang datang menghujam. Melesat cepat dari birunya langit ke atas badan. Ular menggelepar bukan karena kenyang. Sebab kuku tajam telah menancap di perut. Ular bersiap untuk disantap.


Padi dimakan tikus. Tikus di makan ular. Ular di terkam elang. Elang mati meninggalkan bangkai. Bakteri dan cacing datang mendekat. Terurai menjadi humus. Menebar guna bagi padi lagi.

Produsen
Konsumen
Dekomposer
Makan dan dimakan
Rantai makanan kehidupan

Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 16 Juni 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun