Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dapatkan Pengalaman Kuliah Gratis di "University of Kompasiana"

19 Januari 2021   08:41 Diperbarui: 19 Januari 2021   16:21 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kuliah (Sumber: thehill.com)

"Pak Rudy memang hebat. Pak Suweca juga hebat. Saya bangga bertemu orang-orang hebat di Kompasiana. Belum lagi Kompasianers bertitle Professor. Semoga yang pandai-pandai ini selalu berbagi kepada kita yang masih belajar. Saya menganggapnya University of Kompasiana bagi yang ingin belajar. Most of the members are high quality persons included students who want to learn."

Begitu Mbak Patter menulis di kolom komentar artikel saya yang berjudul Bapak "Salam Angka" Rudy Gunawan, Seorang Nomerolog, Public Speaker, dan Entertainer.

Tentu saja saya tidak hendak menjadi besar kepala atas pujian itu. Yang pasti, saya menyampaikan terima kasih yang dalam atas apresiasi Mbak Patter. Pembicaraan kita kali ini berfokus  pada cetusan pendapat kreatif Mbak Patter tentang "University of Kompasiana".

University of Kompasiana (?)

Mungkinkah universitas itu akan benar-benar ada nantinya? Mungkin saja. Semoga ide awal yang bagus dari Mbak Patter, sahabat baik kita yang kompasianer ini, mendapat perhatian dari Kompas-Kompasiana, sehingga siapa tahu bisa hadir University of Kompasiana. Biar saya kuliah lagi di situ, he he he.


Kendati secara kelembagaan universitas itu tidak ada, hakikat kompasiana adalah ruang terbuka sebagai tempat kita belajar. Ya, belajar apa saja yang ada di platform ini. Kompasiana terbilang komplit wadahnya, juga isinya. Untuk mengisi wadah yang disediakan, sudah banyak penulis yang menyumbangkan pemikiran dan pengalaman mereka.

Mata kuliahnya beragam, ada politik, ekonomi, teknologi, gaya hidup, dan lainnya, masih banyak lagi. Yang terakhir, ada mata kuliah Lyve dengan beragam pilihan juga. Mau ambil mata kuliah yang mana, kita bebas memilih.

Yang senang ilmu ekonomi praktis, bisa mengambil kelas ekonomi. Yang suka ilmu politik praktis, bisa ikuti kuliah politik terkini. Yang suka nyastra, bisa masuk di kelas fiksiana. Nah, mau pilih yang mana? Terserah. Up tu you.

Sudah Siapkah Belajar?

Lihatlah, di pintu masuk kelas terpampang tulisan dengan isi "Sudahkan Kamu Siap Belajar?" Apa ya maksud pengelola universitas ini menempelkan tulisan itu? Dengan ukuran huruf besar-besar dan kapital pula?

Mungkin maksudnya, kalau mau masuk ke kelas, agar berpakaian rapi dan bersikap sopan. Tambahan lagi, bagi yang cewek rambutnya mesti diplintir dan dikepang dua, sedangkan bagi yang cowok, rambutnya hanya boleh disisakan sedikit di bagian jambul.

Aha, rupanya tak segitu juga sih ketatnya. Siapa juga ada mahasiswi mau kepang dua dan diplintir rambutnya ala boneka berbie. Cowoknya yang biasa tampil gondrong disuruh cukuran nyaris plontos, pasti bakal menolak. Amit-amit, pinjam istilah kata Pak Felix Tani, profesor kita yang kesohor.

Nah, kalau bukan itu, apa ya? Saya harus berpikir lagi. Kali ini mencoba berpikir filosifis dan dalam ala Pak Katedrarajawen. Perlu samadi untuk dapatkan wangsit berikutnya guna mendapat jawaban atas pertanyaan ini. Apa perlu, tanya ke peramal yang lagi naik daun,  Mbak You?

Begini tepatnya. Sebagai murid, tepatnya mahasiswa, di kompasiana, kita mesti memiliki kesediaan belajar. Bagai sebuah gelas, kita siapkan ruang kosongnya sehingga dengan mudah diisi air baru yang sehat dan segar. Kesediaan belajar akan membuka hati dan pikiran kita untuk belajar tentang hal-hal baru. Bersediakah kita menjadi mahasiswa (lagi)?

Menjadi Mahasiswa, Menjadi Dosen

Selain sebagai mahasiswa, kita juga mesti bersedia jadi guru atau dosennya? Bagaimana maksudnya ini? Kok mahasiswa mesti jadi dosen? Kacau sekali!

Sebentar dulu. Sistem belajar-mengajar di University of Kompasiana berbeda sekali dengan perguruan tinggi biasa. Di sini setiap orang memegang dua status atau profesi yang berbeda. Ia sebagai dosen sekaligus mahasiswa. Sebagai mahasiswa sekaligus dosen.

Dalam konteks belajar dan berinteraksi di universitas ini, ada saatnya orang bertindak selaku mahasiswa. Caranya adalah dengan mempelajari mata kuliah yang berupa artikel-artikel dari kompasianer lain. Sebagai mahasiswa, tugasnya adalah membaca tulisan pada penulis di sini.

Selanjutnya, sebagai dosen, ia punya kewajiban menyampaikan materi berupa artikel. Ia mesti mempersiapkan apa yang akan ditulisnya, lalu mengunggahnya kompasiana sehingga bisa dibaca secara online oleh mereka yang sedang berstatus sebagai mahasiswa.

Ia harus segera merespons setiap tanggapan para mahasiswa atas artikel yang ditulisnya. Tanggapannya bisa dibuat di kolom komentar atau membuat artikel khusus lagi.

Sebagai dosen, dia tak boleh pelit akan ilmu, apalagi terlalu perhitungan. Ia mesti memiliki kesediaan berbagi ilmu, pengalaman, dan wawasan. Intinya, ia mesti terus berusaha memberi kepuasan kepada para mahasiswa sehingga mereka senang dan betah belajar. Bahkan, agar mahasiswa tidak merasa belajar, tahu-tahu sudah mendapatkan banyak tambahan pengetahuan dan kisah pengalaman dari universitas ini.

Segera setelah itu, sang dosen berubah peran lagi menjadi mahasiswa, dan begitu seterusnya berganti-ganti, berulangkali.

Lalu, sebagai mahasiswa, kapan tamatnya dan mendapatkan ijazah? Untuk maklum, universitas ini tak menentukan kapan tamat, juga tidak memberikan ijazah, kecuali penghargaan bagi yang berhasil meraih prestasi tertentu. Soal tamat, diserahkan sepenuhnya kepada para mahasiswa. Mau sekarang menamatkan diri boleh, mau nanti saja setelah bosan, juga tak dilarang.

Demikian juga ketika berstatus sebagai dosen. Mau berhenti mengajar kapan saja, pasti dibolehkan. Orang nggak ada surat keputusan diangkat secara resmi sebagai dosen kok, juga tak digaji, he he he. Bekerja di sini melulu berdasarkan kesenangan, keikhlasan mengabdi dan kesediaan berbagi.

Seperti ditulis dengan sangat manis oleh kompasianer Mbak Patter bahwa "most of the members are high quality persons included students who want to learn", agaknya tepat sekali. Kita menjadi dosennya, kita pula menjadi mahasiswanya di University of Kompasiana.

( I Ketut Suweca, 19 Januari 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun