Aku bukan melarikan diri
Bukan pula seorang pelarian
Aku mengitari puncak-puncak siang dan malam
Menyelinap seorang dibalik dahan malam
Di bawah mata-mata yang terus mengekori
Aku berjalan bagai seorang papa
Tanpa kawan, tanpa sanak saudara
Berharap cemas di bawah langit
Bermimpi jelas di atas bumi
Jangan katakan aku seorang majnun
Yang cuma cinta pada dirinya
Kau melihat apa yang tampak padaku
Tanpa memperhatikan lembaran kenyataan
Tentunya kau tak bakal bertanya, apalagi mereka
Maaf, aku memang tergesa-gesa
Sejak utusan-utusan datang bagai serbuan lebah
Aku tersengat sesaat, lalu aku mulai berlari
Keluar dari rumahku tanpa sehelai sayap ingatan apapun
Jika kau kawan, kau tahu ke mana pengembaraanku
Jika kau musuh, maka langkahku tak bakal terbaca
Maaf, aku memang tergesa-gesa
Sebab semua pintu-pintu yang kudatangi belum juga mau terbuka
Terlampau merana dengan beban tanya
Adakah satu pintu yang bakal terbuka untukku pada masanya
Atau aku masih saja berlari macam majnun seperti katamu
Maaf, aku memang tergesa-gesa
Namun bukan dalam perlombaan apapun
Hanya saja bergegas mengetuk semua pintu
Dengan harap tak bakal kecewa
Apalagi mendapati batu sesal yang bisa menenggelamkanku
Kala jam pasirku berhenti tanpa kusadari
Dan  terhela dari dahanku seperti daun yang terbakar
Maaf, aku bukan itu